Lindungi Mahasiswa! Kaum Ibu Indonesia Minta UU TNI Dibatalkan

Keprihatinan dan rasa pilu atas sikap represi aparat terhadap mahasiswa dan masyarakat yang menolak revisi UU TNI disampaikan sejumlah kaum ibu

Jakarta, Satuju.com - Keprihatinan dan rasa pilu atas sikap represi aparat terhadap mahasiswa dan masyarakat yang menolak revisi UU TNI disampaikan sejumlah kaum ibu. Bagi kaum ibu, tindakan kekerasan aparat yang terjadi sejak rencana Revisi Undang-undang TNI dibahas hingga disetujui DPR dan berlanjut hingga Kamis (27/2/2025) melampaui hati nurani.

Demikianlah Avianti Armand, arsitek dan penulis, penggagas Suara Ibu Indonesia dalam aksi di depan Gedung Sarinah, Jl Thamrin, Jakarta, Jumat (28/3/2025).

“Inisiatif Suara Ibu Indonesia digagas karena dua hal, yakni keinginan untuk melindungi anak-anak pelajar yang berdemo menolak RUU dan UU TNI dari kekerasan aparat, dan menyampaikan protes pada pangkal masalah, yaitu disahkannya UU TNI,” kata Avianti.

Menurut Avianti, TNI harus tetap berada dalam fungsi dan dimasukkan sebagai penjaga keamanan negara sesuai UU 34 Tahun 2004. Oleh karena itu, ia tidak setuju TNI kembali ditarik masuk ke ranah politik dan bisnis seperti di masa Orde Baru.

Sementara itu, Filsuf Karlina Supelli yang pada tahun 1998 menggagas gerakan Suara Ibu Peduli, serta banyak tokoh perempuan lainnya menyambut baik inisiatif Suara Ibu Indonesia.

“Kehadiran ibu-ibu dalam gelombang protes ini bisa dipandang sebagai sesuatu yang genting. Kalau ibu-ibu sudah turun ke jalan, pasti ada situasi kritis yang memaksa mereka bertindak,” ujarnya.

“Secara dasar, perempuan memiliki sifat melindungi keluarga, terutama anak-anak yang dicintainya. Dalam keadaan genting, seorang Ibu akan bersedia “pasang badan”, menjadi tameng untuk melindungi anak-anaknya,” ujarnya.

Avianti mmenuturkan, inisiatif Suara Ibu Indonesia terinspirasi dan Merujuk pada sejarah Suara Ibu Peduli sebelum reformasi dan gerakan Kamisan yang telah berlangsung selama 18 tahun yang digagas oleh Sumarsih Maria, ibunda dari Wawan yang terbunuh karena kekerasan aparat dalam Tragedi Semanggi.

“Kami berharap bahwa dengan terlibatnya ibu-ibu dalam demo tolak UU TNI, gerakan ini bisa menggugah hati para ibu di seluruh Indonesia dan akan terus membesar hingga mendapat dampak yang serius dalam mendorong dibatalkannya UU TNI,” ujar Avianti.

Berikut teks yang disebarkan pada aksi:

Kami adalah Ibu Indonesia.

Kami menyuarakan kesedihan dan menyampaikan para ibu di seluruh Indonesia yang mengharapkan Indonesia yang lebih baik bagi generasi anak-anak kami. 

Kami tidak rela masa depan anak-anak kami diambil oleh keserakahan para elit pejabat yang menempuh cara-cara kotor untuk melanggengkan kekuasaannya. 

Kami tidak berhubungan dengan anak-anak kami hidup di Indonesia yang kehilangan kemanusiaan, keadilan, keberadaban, dan kemerdekaan bersuara. 

Kami tidak menganggap anak-anak kami dihadapkan dengan kekerasan aparat demi memperjuangkan demokrasi yang disudutkan oleh senapan dan diinjak-injak oleh tentara. 

Oleh karena itu, kami tidak akan melarang anak-anak kami, para pelajar untuk memperjuangkan apa yang direnggut dari masa depan mereka.

Kami ingin anak-anak kami memperoleh perlindungan dalam perjuangan yang mereka lakukan.

Jangan ada serangan terhadap tim medis yang menyelamatkan mereka dari pukulan aparat. Jangan ada yang dihilangkan. Jangan ulangi sejarah kelam negeri ini pada generasi penentu masa depan ini.

Kami, Ibu Indonesia, akan mendampingi perjuangan mereka dengan ikut turun ke jalan, berjuang bersama anak-anak kami, melawan kekuasaan yang korup.
Inilah tuntutan kami: 

Hentikan kekerasan pada pelajar.

Batalkan UU TNI. Tolak RUU Polri.

Kembalikan tentara ke tugas utamanya membela tanah air dan polisi ke tugas utamanya melindungi masyarakat, bukan membela elite pejabat yang segelintir.