Kacip Tembaga Menggelegar di Batam, Mantra Melayu Sakti Membius Dunia

Penampilan Rumah Budaya Kacip Tembaga Sungai Pakning, pada Kenduri Seni Melayu Batam

Batam, Satuju.com - Pada malam yang hangat di kawasan megah Harbour Bay, Kota Batam, Ahad malam 18 Mei 2025, langit tampak bersahabat seolah ikut memberi restu pada pagelaran akbar Kenduri Seni Melayu (KSM) ke-26. Ribuan pasang mata dari dalam dan luar negeri lay. Mereka terpukau, puas, bahkan merinding. Penyebabnya: Rumah Budaya Kacip Tembaga dari Sungai Pakning, Kabupaten Bengkalis, Riau.

Mereka tidak tampil biasa-biasa saja, tim ini meledak di atas panggung dengan Musikalisasi Puisi berbalut syair dengan membawakan tema Mantra Melayu Sakti. 

Komposisi musik hasil garapan Zalfandri Zainal alias Mat Rock Sejangat, bersama Ridho, Iben, Adi Atong, Yoga, Komo dan Daus langsung menyihir sejak intro pertama hingga akhir pertunjukan. Disusul dengan membaca puisi Mantra Melayu Sakti karya Jefri Al Malay yang menyayat, menyentak, dan membius siapa saja yang menyaksikan.

Tak sekadar bunyi dan umpan, pertunjukan juga disempurnakan dengan tarian silat bunga Melayu oleh para aktor panggung : Dedek Minah, Wawan, dan Erwin. Gerakan mereka lembut namun tegas, mewakili warisan leluhur yang masih sejuk di nadi pemuda pesisir.

Jefri Al Malay Sang Penyayang Gelar Presiden Penyair Asia Tenggara, vokalnya yang menggelegar dengan pembacaan puisi yang berciri khas melayu pesisir, sambut penyambutan, sahut menyyahut bersama Zalfandri Zainal yang juga memainkan gambus dalam pembacaan syairnya.

Berisi pesan dan nasehat Melayu Pesisir, sukses memukau penonton. Terlebih dahulu diiringi dengan musikalisasi dan sentakan bunga silat Melayu Asli Tim Kacip Tembaga malam itu, yang menggelegar.

Penonton? Tak banyak kata. Mereka membisu dalam hening yang khidmat, hanya untuk pecah seketika dalam tepuk tangan gemuruh di akhir pertunjukan. Bahkan pejabat Dinas Kebudayaan dan perwakilan Pemerintah Kota Batam pun tak mampu menyembunyikan decak kagum mereka.

“Saya merinding sepanjang pertunjukan,” ujar Lavina, seorang ibu rumah tangga warga Batam. “Pembacaan puisinya menggelegar, musiknya menyayat tapi indah, dan silatnya… memukau.” imbuhnya.

Hal senada disampaikan panitia KSM Batam, Ephan Syahrial. Ia menyebut Kacip Tembaga sebagai penampilan yang paling autentik dan kuat dalam menyuarakan Melayu Pesisir. "Ini bukan sekedar tampil. Ini adalah cara mereka berbicara tentang jati diri Melayu. Tahun depan, Insya Allah, mereka akan kembali kami undangan," sambil mengacungkan jempol.

Kacip Tembaga, yang diteraju Erwin Syah Putra sebagai ketua, bersama Supriandi (sekretaris), Wawan Irnawan (bendahara), dan Andhika (wakil ketua), memang sebuah nama wadah baru di dunia seni Riau, namun diisi oleh para tokoh seniman dan budayawan lama dan terkemuka, adapun tiga tokoh sebagai Dewan Penasehat Kacip Tembaga adalah Jefri Al Malay, Mat Rock Sejangat, dan Ridho, tiga seniman kelahiran Sungai Pakning ini adalah alumni Akademi Melayu Riau (AKM) yang telah melanglang buana mewakili Riau dalam berbagai panggung seni, dari daerah hingga mancanegara.

KSM Batam sendiri merupakan agenda Seni Budaya Melayu internasional yang sudah digelar sejak 1999 dan menjadi bagian dari event resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI di bawah label “Karisma Event Nusantara (KEN)”. Tahun ini, lebih dari 10 negara sahabat ikut berpartisipasi, menjadikan panggung KSM sebagai barometer eksistensi budaya Melayu di kancah dunia.

Tak hanya aktif di panggung luar daerah, Kacip Tembaga juga punya agenda tahunan di kampung halamannya sendiri. Adalah Pekan Seni Budaya Negeri Laksamana, sebuah festival seni budaya yang mulai dikenal luas sejak tahun 2023. Pada bulan September nanti, event ini memasuki jilid ke-3 dengan rencana mendatangkan sanggar-sanggar besar seperti Sanggar Tuah Betung, Pura Mahligai dari Dumai, hingga Woy Band yang legendaris dari Pekanbaru. Tak lupa, berbagai lomba khas Melayu akan digelar nantinya seperti Festival Langgam Melayu, Layang Waw, Gasing, hingga fashion show busana adat Melayu.

Kacip Tembaga bukan sekedar sanggar seni. Ia adalah suara Melayu yang hidup, menyala, dan kini menggema hingga melewati batas.