Keindahan Raja Ampat Terancam Akibat Tambang Nikel, Warga Keluhkan Limbah Cemari Air
Tambang Nikel di Raja Ampat.(Poto/net)
Raja Ampat, Satuju.com – Keindahan alam Raja Ampat yang dikenal sebagai salah satu surga wisata dunia, kini tengah menghadapi ancaman serius akibat aktivitas pertambangan nikel. Isu ini kembali menunjukkan ke permukaan dan menjadi sorotan publik setelah menyebutkan laporan dari berbagai pihak, termasuk organisasi lingkungan dan masyarakat setempat.
Melansir akun X resmi @tvOneNews, sejumlah pulau di kawasan Raja Ampat kini telah dipenuhi aktivitas pertambangan nikel. Perusahaan tambang yang beroperasi di wilayah tersebut disebut berada di bawah naungan PT Aneka Tambang (Antam), salah satu badan usaha milik negara (BUMN) di sektor pertambangan.
Organisasi lingkungan Greenpeace Indonesia menjadi salah satu pihak yang lantang menyuarakan peringatan akan ancaman serius terhadap ekosistem Raja Ampat. Dalam berbagai unggahan kampanye mereka, Greenpeace mengajak masyarakat untuk bersama-sama menyelamatkan kawasan konservasi tersebut dari eksploitasi tambang yang dinilai merusak.
Keluhan juga datang langsung dari warga yang mengaku berasal dari Pulau Gag, salah satu pulau di Raja Ampat. Dalam sebuah komentar di akun TikTok Greenpeace Indonesia, seorang pengguna yang tidak disebutkan namanya menggambarkan perubahan drastis lingkungan akibat aktivitas tambang.
"Kebetulan kampung saya dari Pulau Gag, Raja Ampat, tempat yang sudah dibangun tambang. Air di sana kalau hujan dari warna biru jadi coklat karena limbah, dan tambang dibangun berhadapan dengan wilayah perkampungan," tulisnya.
Kesaksian tersebut menambah panjang kekhawatiran mengenai dampak pertambangan terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat adat di Raja Ampat. Perubahan warna air laut yang semula jernih menjadi keruh disebut sebagai indikasi pencemaran akibat limbah tambang.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak PT Antam mengenai tudingan yang dilayangkan oleh warga maupun lembaga pemerhati lingkungan. Namun tekanan masyarakat terus meningkat, dengan banyak pihak mendesak pemerintah untuk mengaktifkan dan menghentikan aktivitas pertambangan di kawasan konservasi tersebut.
Raja Ampat, yang selama ini dijuluki sebagai “Surga Terakhir di Indonesia”, terancam kehilangan kemegahan alamnya jika eksploitasi penambangan tidak segera dihentikan.

