Nasib Jokowi: Dari Istana ke Rungkad Entek-Entekan?

Jokowi.(Poto/net).

Penulis: Damai Hari Lubis, Pengamat KUHP (Kebijakan Umum Hulum dan Politik)

Satuju.com - Apakah Nasib Jokowi Bakal mirip sebuah lagu yang berjudul "Rungkad" yang sepotong syairnya ada kata 'entek' diikuti entek an sehingga melahirkan konotasi karakteristik berpikir (asumtif) yang tendensius, karena kata berulang berupa 'entek-entekan'.

Dalam bahasa Sunda, "rungkad", meskipun pemaknaan adjektif nya 'feksibel' namun pemahaman 'rungkad' adalah kondisi lara yang dialami seseorang atau suasana yang tidak baik-baik saja, maka ditambah kata berulang 'entek entekan' yang maknanya adalah habis-habisan atau hancur-hancuran.

Maka andai kedua kata disambung menjadi sepotong kalimat 'rungkad entek-entekan', lalu dihubungkan dengan posisi Jokowi yang sudah tidak orang nomor satu di republik ini, sampai-sampai individu Ia bersedia melaporkan beberapa aktivis ke pihak Penyidik, karena kesal dikirimkan telah menggunakan ijazah S 1 palsu, dan kondisi kesehatan Jokowi sàat ini info (rumor) yang tersebar di berbagai media sosial sedang "mengalami sakit aneh". Anehnya karena muncul flek flek hitam dan sejenis penyakit gatal di tubuh bagian kepala (muka dan leher), penyakit yang jarang dimiliki seorang dengan status sosial strata pejabat publik.

Oleh karena itu apakah rungkad entek entek an, dalam kondisi Jokowi saat ini, dapatkah dimaknai Jokowi bakal cenderung mengalami kehidupan yang hancur-hancuran?

Justru bahkan diakhir sejarah, tidak mungkin hanya Jokowi bakal didera rungkad entek entek-an, namun sepaket Jokowi dan keluarga, yang terdiri dari Istri, anak-anak dan menantu.

Adakah korelasi hukum 'sepaket' bakal rungkad?

Maka penulis mencoba menganalogikan rungkad entek entekan Jokowi berikut keluarga (sepaket) dari versi ilmiah (fakta hukum) meliputi seberkas tebal data empiris yang bisa diterima akal sehat (logika).

Alasan yang mendasar, meskipun sisi karakter positif (manusiawi) Jokowi ada dan berkepastian. Namun hobi dusta terhadap janji atau kontrak sosial politiknya kepada publik (vide Du Contrat Social oleh JJ. Rousseau) lebih stand up (menonjol), sehingga menutupi sisi dengan baik. Dan data empiris membuktikan, secara litigasi (peradilan) Jokowi pernah digugat oleh sebuah kelompok aktivis pada tahun 2021 dengan posita 66 ringkasan yang Ia lakukan. 

Sehingga estimasi dusta Jokowi saat ini tahun 2025 bisa jadi bertambah hingga mencapai 100 atau lebih?

https://news.detik.com/berita/d-5580549/sidang-gugatan-minta-jokowi-mundur-ditunda-7-juni

Sehingga lagu 'Rungkad entek entekan' dengan alur kehidupan Jokowi, yang kekinian info terkait medis Jokowi mengalami 'sakit aneh', serta korelasi pokok problematika Jokowi and family, didapati beberapa unsur-unsur temuan praktik KKN yang mencakup 3 (tiga) anak kandungnya plus menantu, yang sebagian semuanya ada dalam arsip KPK, mengikuti booming mengumpulkan publik, Jokowi pengguna "ijazah S-1 misterius dari UGM", begitu pula dengan titel Gibran yang publik, karena awalnya Gibran santer diberitakan berpendidikan S 2 lalu turun menjadi S 1 terakhir oleh KPU RI dinyatakan setara D-1?

Dan tentu saja jauh untuk dilupakan bahwa Gibran adalah tertuduh 99% lebih identik sebagai pemilik akun fufu yang isi kontennya tak beradab (nir moral). Lalu disusul oleh Iriana (istri Jokowi) yang mencuat kabar bertitel SE dan MM disertai status Hajjah yang kesemua gelar dianggap diragukan, kèmudian menjadi topik gunjingan publik dibanyak media sosial.

Oleh semua tuduhan negatif terhadap Jokowi dan sanak keluarga (Jokowi and family), yakni Jokowi, Iriana dan ketiga anak serta menantu (Bobby Nst) merupakan jawaban terkait pertanyaan "adakah alasan hukum korelasi sepaket bakal rungkad".

Maka tidak mungkin dengan bergesernya waktu dan kekuasaan karena 'benih tak halal', akan memenuhi lembaran sejarah buruk (pages full of bad history), dan pemaksaan dari kumulasi perilaku amoral paketan ini tentunya berpotensi berisiko tinggi berupa tuntutan sanksi hukum, include menjadi cikal bakal yang serius runtuhnya kekuasaan Jokowi dan Keluarganya, dengan begitu 'legenda buruk Jokowi', tidak masuk akal dilupakan oleh anak-anak bangsa di negeri ini. Kepastiannya wallahu'alam, karena hakekat kepastian mutlak milik Tuhan.