Peringatan Bagi Pemimpin-Pemimpin yang Akan Datang
Ilustrasi.(Poto/net)
Penulis: Damai Hari Lubis, Pengamat KUHP (Kebijakan Umum Hukum dan Politik)
(Refleksi atas tulisan Sri Bintang Pamungkas)
Satuju.com - Tulisan singkat namun menggugah dari Sri Bintang Pamungkas yang berjudul "Peringatan Bagi Pemimpin-Pemimpin yang Akan Datang" menyampaikan satu pesan penting: kekuasaan yang menyengsarakan rakyat pasti akan menuai konsekuensinya sendiri.
Dalam pernyataannya, Sri Bintang menyebut bahwa upaya pencitraan berulang terhadap sosok Presiden Jokowi dan keluarganya hanyalah cara untuk membujuk simpati publik, yang mereka sadari sudah menumpuk rasa kecewa dan bahkan kebencian. “Kebencian rakyat pada Jokowi dan keluarga tak bisa dibendung,” tulisnya. Pengungkapan ini bukan sekadar anggapan kosong, melainkan cerminan dari suasana batin sebagian masyarakat yang merasa terabaikan oleh kepemimpinan yang dianggap dzalim dan tidak amanah.
Sri Bintang kemudian menegaskan bahwa tidak ada yang mampu mencegah dampak dari perbuatan seorang pemimpin yang menyalahgunakan amanah rakyat. Karena konsekuensi tersebut adalah otomatis—sebuah hukum sebab-akibat sosial yang dalam bahasa keagamaannya disebut sunatullah. Dan ia diakhiri dengan kalimat renungan: “Wallahu A’lam.”
Pernyataan ini meski singkat, namun cukup dipahami oleh publik yang selama ini mengikuti perjalanan pemerintahan Jokowi. Bahkan tanpa rincian yang panjang lebar, masyarakat yang terhubung dengan dinamika politik tahu bertahan apa maksudnya. Sosok Jokowi telah menjadi semacam notorieke feiten—fakta yang sudah dianggap umum diketahui khalayak—di dunia yang memuat publik.
Apa pun bentuk “notorius”-nya, publik tidak perlu lagi pemaparan rinci; Cukup menyebut namanya, berbagai kontroversi langsung muncul dalam ingatan kolektif masyarakat. Kecuali bagi mereka yang hidup di wilayah yang benar-benar terlindungi dari informasi, atau kelompok yang sengaja memilih untuk mengunci diri dalam ruang pemeliharaan yang nyaman.
Bahkan, sebagian warganet di media sosial, saking geramnya, melontarkan fantasi-fantasi ekstrem—dari pengadilan jalanan hingga bentuk perlawanan sipil lainnya. Mungkin itu hanya celoteh dunia maya. Namun sejarah mencatat: mimpi rakyat yang terluka bisa berubah menjadi peristiwa nyata. Bukan tanpa contoh. Bukan tanpa preseden.
Pada akhirnya, tulisan Sri Bintang Pamungkas ini menjadi peringatan keras. Bukan hanya bagi satu sosok, tetapi bagi para pemimpin yang akan datang: bahwa kekuasaan yang dibangun di atas penderitaan rakyat, pada akhirnya akan runtuh oleh kekuatan rakyat itu sendiri.
Dan sekali lagi, sebagaimana ditutup oleh beliau: Wallahu A'lam.

