Segudang Dampak Negatif Kapitalisme dan Komunisme Diungkap Sri Mulyani

Menteri Keuangan Sri Mulyani

Jakarta, Satuju.com - Banyak dampak negatif dari sistem ekonomi kapitalis dan komunis tersebut Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Ia mengatakan sistem tersebut berfokus pada keuntungan sebagai nilai moral tertinggi.

Imbasnya, lahir konsentrasi kapital atau kekayaan segelintir orang. Sang Bendahara Negara menegaskan hal itu adalah contoh dampak negatif dari sistem kapitalisme.

“Kita melihat banyak kesan negatif dalam berbagai bentuk ketimpangan konsentrasi dari kekuatan, baik kekuatan kapital yaitu ekonomi dan kekuatan politik pada segelintir manusia,” ungkap Sri Mulyani dalam Sarasehan Nasional Ekonomi Syariah di YouTube Bank Indonesia (BI), Rabu (13/8).

"Kalau kita lihat di dalam dunia hari ini berapa miliar dan miliar itu dicurahkan untuk pengembangan kecerdasan buatan. Ini karena ada konsentrasi kapital pada sekelompok kecil dari perusahaan atau orang-orang yang menguasainya," sambungnya.

Menkeu Sri Mulyani ketegangan fenomena tersebut menimbulkan keresahan dunia, khususnya terkait tata kelola atau tata kelola ekonomi. Ia tadinya konsentrasi kapital pada akhirnya hanya akan dikuasai oleh sekelompok kecil orang.

Di sisi lain, sistem komunisme yang menjadi antitesis kapitalisme juga diambil sepenuhnya dengan baik. Ani menyebut dampak negatif yang muncul dari komunisme adalah nihil motivasi untuk mencapai yang terbaik karena semuanya berlandaskan prinsip sama rata dan sama rasa. Oleh karena itu, ia mendorong ekonomi Islam menjadi jalan ketiga.

“Dalam konteks pergulatan ideologi dunia inilah, ekonomi Islam muncul dan seharusnya menjadi sebuah inspirasi atau juga sekaligus jalan ketiga,” ucapnya.

Ia kemudian menyinggung Asta Cita yang dimiliki Presiden Prabowo Subianto. Menurutnya, landasan untuk mencapai Indonesia Emas sudah selaras dengan prinsip ekonomi syariah karena mengedepankan keadilan.

“Tantangan paling besar adalah bagaimana dengan struktur yang bersifat syariah, tidak menambah beban, tidak menciptakan inefisiensi, dan kemudian bahkan menimbulkan moral hazard,” tegasnya.

“Cita-cita yang baik dari kita hanya akan bisa terwujud, menurut saya, apabila kita menjalankan teladan Rasulullah,” sambung Sri Mulyani.

Ani menilai 4 sifat Rasulullah SAW, yakni shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah bisa dijalankan dengan prinsip good governance. Oleh karena itu, ia meminta untuk tidak sampai karakter Nabi Muhammad SAW itu ditinggalkan.

Ia mencontohkan orang tidak akan mencederai tanggung jawab memegang APBN dengan uang kelolaan hingga Rp3.800 triliun. Asalkan, meneladani sifat shiddiq dan amanah milik Rasulullah SAW.

Mengelola ekonomi tanpa transparansi, pasti di situ banyak syaiton nirojim, banyak banget syaiton nirojim. Maka menyampaikan itu, menurut saya, adalah sebuah wujud untuk kita dicek atau dilihat supaya kita terus ada di dalam rel yang amanah,” tuturnya.

"Fathonah artinya cerdas. Dunia berubah begitu cepat, hari ini teknologi digital mendikte. Dan orang semua membuat prediksi 10 tahun ke depan dunia akan berubah luar biasa karena teknologi," imbuh Ani.

Terlepas dari itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menekankan pentingnya masyarakat Indonesia membayar pajak. Ia mengingatkan bahwa di dalam rezeki manusia ada hak orang lain.

"Dalam setiap rezeki Anda, ada hak orang lain. Caranya hak orang lain itu diberikan ada yang melalui zakat, ada yang melalui wakaf, ada yang melalui pajak. Dan pajak itu kembali kepada yang membutuhkan," tandas Sri Mulyani.