UAS Kritik Kondisi Negeri Lewat Puisi “Amuk”: Orang Lapar Jangan Disuruh Sabar, Bisa Makin Sangar
Ustaz Abdul Somad (UAS)
Jakarta, Satuju.com — Ustaz Abdul Somad (UAS) kembali menjadi sorotan publik. Kali ini bukan lewat ceramah di mimbar, melainkan melalui sebuah puisi panjang berjudul “Amuk” yang ia bagikan di akun Instagram pribadinya, @ustadabdulsomad_official.
Dalam puisinya, UAS menyuarakan keresahan mendalam terhadap situasi sosial, politik, dan ekonomi yang tengah dirasakan masyarakat. Dengan gaya bahasa singkat, padat, namun penuh makna, puisi tersebut dianggap sebagai cerminan kritik sosial yang tajam.
Salah satu bait puisinya menyinggung kerasnya realitas hidup rakyat kecil yang sering kali hanya diberi janji manis, sementara kebutuhan pokok sehari-hari tidak terpenuhi.
“Orang lapar jangan disuruh sabar, bisa makin sangar. Menjarah dan membakar. Berikan solusi segar bukan kelakar,” tulis UAS dalam puisinya.
Berikut puisi lengkap “Amuk” karya Ustaz Abdul Somad (UAS):
AMUK
Oleh : UAS
Mengamuk seperti nyamuk
Ramai berdengung dan menusuk
Pernah membunuh namrudz terkutuk
400 tahun berkuasa di pucuk
Tumbang jatuh terkulai membusuk
Seperti batang kayu lapuk
Nampak kokoh padahal remuk
Kemarahan yang mengkristal
Terus menggumpal
Seperti ikan buntal
Pecah terpental
Berakibat fatal
Uya, Eko dan Sahroni hanya lagi sial
Hari sial yang tak punya tanggal
Masyarakat sudah lama kecewa
Mereka dimiskinkan tapi tidak gila
Dimanjakan BLT tiap pilpres dan pilkada
Janji-janji semata
Esemka tak kunjung tiba
Investor katanya antri ternyata tak ada
Katanya tak ada nafsu politika
Nyatanya mintak periode ketiga
Konstitusi diperkosa
Demi anak menantu berkuasa
Janji dan bohong semakin nyata
19 juta lapangan kerja tak kunjung tiba
Luka semakin menganga
Bertambah sakit kepala
Dari ijazah palsu sampai fufufafa
Jenuh, muak, bosan, nyaris putus asa
Masyarakat tidak minta banyak
Beri jalan yang layak
Anak sekolah murah dan enak
Tamat sekolah kerja tampak
Kalau sakit berobat tak tebayak
Jangan terlalu banyak pajak
Buzzer jangan diternak
Orang lapar
Jangan disuruh sabar
Bisa makin sangar
Menjarah dan membakar
Berikan solusi segar bukan kelakar
Tunjuk ajar supaya pintar
Agar hidup menjadi benar...
Unggahan tersebut sontak menuai beragam respons dari warganet. Sebagian menilai puisi itu sebagai ungkapan kegelisahan rakyat yang terwakili oleh suara UAS, sementara sebagian lain melihatnya sebagai bentuk kritik keras yang layak menjadi renungan bagi para pemegang kekuasaan.
Puisi “Amuk” kian menegaskan posisi UAS sebagai ulama yang tak hanya berdakwah lewat ceramah, tetapi juga menyuarakan kritik sosial melalui karya sastra.

