Kisah Julaibib: Sahabat Rasulullah yang Mulia di Mata Allah

Ilustrasi Julaibib.(Poto/net).

Satuju.com - Di Madinah, hiduplah seorang sahabat Rasulullah SAW bernama Julaibib. Tubuhnya kecil, wajahnya sederhana, dan ia bukan berasal dari kalangan terpandang. Ia tidak memiliki harta, keturunan terhormat, ataupun kedudukan yang membuat orang menghargainya. Banyak yang memandangnya dari sebelah mata, seolah-olah dia bukan siapa-siapa.

Namun di sisi Allah SWT, kemuliaan tidak pernah ditentukan oleh rupa, garis keturunan, atau kekayaan. Yang benar-benar berharga adalah kebersihan hati dan keteguhan iman. Dan Julaibib adalah salah satu buktinya. Meski sederhana, ia menyimpan cinta yang besar kepada Allah dan Rasul-Nya.

Suatu hari, Rasulullah menatap Julaibib dengan penuh kasih dan bertanya: “Wahai Julaibib, tidakkah kamu ingin menikah?” Pertanyaan itu membuat Julaibib menunduk malu. Dengan suara rendah, ia menjawab penuh keraguan: "Ya Rasulullah, siapa yang akan menikah denganku? Aku hanyalah orang kecil, aku bukan siapa-siapa."

Rasulullah tersenyum meneguhkan hati sahabatnya itu. Beliau kemudian mendatangi seorang sahabat Anshar dan bersabda: “Aku ingin menikahkan putrimu.” Sang ayah gembira, mengira putrinya akan dipinang lelaki mulia dari kalangan terhormat. Namun, ketika Rasulullah menyebut nama Julaibib, hatinya sempat berat menerimanya.

Meski begitu, putri yang shalihah menjawab dengan penuh iman: “Apakah kalian akan menolak perintah Rasulullah? Demi Allah, jika beliau ridha Julaibib untukku, maka aku pun ridha.” Maka Allah satukan mereka dalam ikatan pernikahan yang penuh keberkahan.

Tak lama setelah pernikahan itu, Julaibib juga ikut serta dalam pertempuran. Saat perang, Rasulullah bertanya kepada para sahabat: “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menyebutkan beberapa nama. Rasulullah kembali bertanya: “Apakah kalian kehilangan Julaibib?” Para sahabat ingat, karena nama itu tidak pernah terlintas.

Rasulullah lalu mencari sendiri. Hingga beliau menemukan Julaibib terbaring di tanah, tubuhnya penuh luka dan berlumur darah, dikelilingi tujuh musuh yang ia kalahkan sebelum akhirnya ia gugur.

Mata Rasulullah basah menatap sahabat kecil itu. Beliau bersabda penuh cinta: “Julaibib ini dariku, dan aku darinya.” Dengan kedua tangan mulianya, Rasulullah sendiri yang mengangkat tubuh Julaibib dan menempatkannya di liang lahat—sebuah penghormatan agung bagi sahabat yang dianggap kecil oleh manusia, namun begitu besar di sisi Allah.

Kisah Julaibib memberi pelajaran berharga: kemuliaan bukan ditentukan rupa, harta, ataupun kedudukan. Derajat manusia diangkat karena iman, ketaatan kepada Allah, dan kesetiaan kepada Rasulullah. Itulah yang menjadi seorang sahabat kecil bernama Julaibib dikenang sepanjang zaman.