Egosentrisme dan Egoisme: Ancaman bagi Nilai Pancasila dan Kehidupan Bersama
Ilustrasi
Penulis: Damai Hari Lubis, Pengamat KUHP
(Ikhtisar, Sejuta Retorika dan Teori Analogi Berujung Proposal dan Laba Bersih)
Satuju.com - Egosentrik, merupakan individu-individu senyawa yang egosentrisme, sebuah sikap kualitas atau keadaan seseorang menjadi egosentris, dengan gejala gejala berupa perhatian yang berlebihan pada diri sendiri (atau kelompok) dan berfokus untuk kesejahteraan atau keuntungan sendiri (kelompok) dengan mengorbankan atau mengabaikan individu atau kelompok lain.
Dan egosentrisme merupakan tingkat kecerdasan yang suka memonopoli dengan menggunakan retorika dan analogi (perbandingan) teori-teori dan peristiwa yang di pas-pas kan, lalu menjadi pembenaran kepada apa yang ingin diwujudkan dari individual menjadi kolegial dengan meruntuhkan sikap arogansi masing masing, hanya oleh sebab kondisi yang saling menguntungkan (kompromistis) atau cocokologi/ bargaining position
Yang mencolok kepribadian utama sikap egois dan egosentris, bahwa egois adalah perilaku mementingkan diri sendiri tanpa mau acuh atas kebutuhan orang lain disekitarnya yang Ia ketahui, atau karakteristik ysng menolak kebersamaan.
Sedangkan egosentris adalah ketidakmampuan untuk melihat sudut pandang orang lain, karena sikap sang tertanam dari pemahaman bahwa dirinya adalah pusat kecerdasan dan ketepatan.
Di alam filosofi Pancasila egosentrik dan egoistis tertolak, namun oleh sebab egosentrisme, maka mereka akan jauh lebih berhasil dari manusia pancasilaisme di negeri Pancasila dalam kehidupan nyata.
Sehingga sebenarnya mereka para aroganisme atau egoistis dan egosentrisme lebih cocok hidup di negeri sekuleris (materialistik) atau liberalism, namun karena faktor arogansi (individualis) adalah mayoritas maka persaingan para egoistis dan egosentris, untuk menuangkan metode dikteis amat kesulitan di negeri sistim liberalis dan sekuleris. Karena konsep dan retorika dan teoritis sudah mayoritas di negara tesebut. Justru pasarannya yang pesat diluar negara mereka, dan laku keras, lalu lacur malah menular kepada kaum intelektual yang seharusnya mengedepankan warna dan aroma identitas pancasila. Lalu realitas kepintaran dan kekuasaan spesial diterapkan untuk membodohi saudara saudaranya sendiri !?
Akibat kesulitan memahami perspektif orang lain maka tentunya sulit untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, sehingga seringkali menyebabkan kesalahpahaman atau konflik.
Egosentrisme yang merasa bahwa dirinya adalah yang paling penting karena idenya adalah yang paling tepat dan benar, otomatis kurang empati dan sulit untuk mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Egois dan egosentrisme sama sama memiliki naluri mengabaikan Kebutuhan Orang Lain dalam setiap kasus, seseorang yang egois dan egosentris tendensius nir peduli dengan kebutuhan atau keinginan orang lain, mengabaikannya demi kepentingan sendiri. Namun sekali lagi, mereka biasanya lebih sukses nilai keduniaannya, karena kegigihan bersikap arogansi dan anomali dari sudut pandang kehidupan yang santun dan faktor menjunjung tinggi moralitas.
Akhirnya mereka mahluk egois yang kangkangi sejarah dan menutup mata kepada realitas besar dan dalamnya jurang perbedaan status kehidupan sosial, MATI dalam keadaan kekenyangan, DAN egosentrisme MENINGGAL karena lelah melulu berpikir idealnya kehidupan dunia dan masa depan serta tidak pernah merasa puas dalam makna luas.
Implikasi akibat kumulasi sikap yang ada pada egoistis dan egosentrisme, kemudian hanya berbuah sisi buruk meritokrasi, yaitu potensi munculnya kesombongan di antara para winner dan penghinaan bagi mereka yang kalah, wujud ketidaksetaraan bakal tidak dapat diatasi oleh sistem itu sendiri, serta risiko elitisme dan bias cenderung merusak kebaikan bersama, walau manusiawi (butuh puja-puji dan membanggakan status sosial).
Sehingga sikap arogansi dari egosentrik dan egoistik sungguh menyebalkan bagi kelompok manusia yang mengakui bahwa manusia adalah mahluk berpikir dan mahluk sosial (zoon politicon). Dan semua pencapaian demi kesejahteraan sosial sesuai asas kebersamaan namun proporsional.

