Jakarta - Telah banyak rekan sejawat dan mitra kerja mendahului, tapi rasanya, kali ini saya benar-benar Kehilangan. Sangat-sangat Kehilangan.

Nama lengkapnya Ir.Tri Esti Indrarwati, M.Si. Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Indragiri Rokan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPDASHL Inrok).

Saya agak telat mengenal dekat Bu Esti, meski kami sebenarnya berdomisili di satu kota yang sama. 

Barulah di tahun 2020 kami sering bertukar pikiran, saling belajar satu sama lain, dan bersinergi mengawal program KLHK di bidang pemulihan lingkungan, agar benar-benar sampai ke tingkat tapak.

Saya pernah bersama Bu Esti ke kampung halaman di Kabupaten Siak, tepatnya di Kecamatan Lubuk Dalam. Begitu semangat memperkenalkan program pemberdayaan Kebun Bibit Desa (KBD). Program andalan KLHK untuk pemulihan lingkungan ini dirasakan oleh seluruh kampung di sana. Kami bahagia bersama.

Saat pandemi melanda Indonesia, Bu Esti sebagai salah satu pimpinan UPT KLHK di tingkat tapak, begitu antusias mengawal program padat karya. Ia pernah begitu sabar, naik perahu kayu, menyusuri tepian sungai Siak, untuk mencari langsung lokasi penanaman mangrove. Saat itu wajahnya begitu suram, saat tak menemukan lokasi yang tepat. 

Saya selalu bergetar diingatkan bahwa uang rakyat harus kami kawal sampai ke rakyat. Jika tak bisa membahagiakan rakyat, rasanya yang duluan sedih itu justru saya, ''. Kira-kira katanya begitu. 

Ia bukan tipe pemimpin yang suka laporan di atas tanpa ke lapangan. Tidak sombong. Komunikatif. Keibuan. Menghormati yang tua, menghargai yang muda. Bahkan meski usia kami terpaut jauh, Bu Esti begitu sering 'mendahulukan' saya sebagai Tenaga Ahli Menteri. Sering saya dibuatnya malu sendiri.

Berkali-kali kami rapat bersama, berkali-kali pula kami turun ke berbagai lokasi kerja. Berkeliling dari satu lokasi ke lokasi lain. Terkadang siang. Terkadang malam. Terkadang dari siang sampai malam. Saya bisa merasakan getar yang mengabdi untuk Indonesia.

Sosoknya pekerja keras, penuh dedikasi, aparat, taat pada arahan pimpinan, tak suka lensa kamera (di salah satu video yang dikirimi masyarakat Desa Kayu Ara Permai, Kec. Sungai Apit, terlihat justru Bu Esti yang sibuk memotret saya bicara.) . 

8 Januari 2021. Bu Esti menemani saya turun ke Bengkalis, untuk mengumpulkan data mengenai tingkat keparahan abrasi di sana. Ini kali kesekian kami turun bersama lagi dan lagi. Menyeberang sampai ke pulau terdepan batas negara, yang hanya dibawa Selat Melaka. 

Kami sempat shalat zuhur bersama. Itulah pertama kali saya memujinya sebagai aparatur negara yang luar biasa. Saya yang masih muda kadang merasa lelah, tapi Bu Esti justru punya semangat berlipat-lipat yang seolah-olah tak ada habisnya.

Saya benar-benar memujinya dengan sangat tulus. Ketika itu Bu Esti justru merendah dengan bercerita tentang ambisi besar yang lain. 

'' Sebentar lagi saya pensiun. Saat pensiun nanti, saya ingin menebus banyak waktu yang telah hilang bersama keluarga. Saya ingin di sisa akhir masa pengabdian dapat bekerja dengan baik untuk masyarakat, setelah itu bersama keluarga untuk istirahat, ''. Kami mengaminkan bersama ambisi mulianya. 

9 Januari 2021, malam. Laporan mengenai abrasi pulau Bengkalis hasil kunjungan lapangan dikirim Bu Esti. Lengkap. Rapi. Laporan esoknya tersebut langsung saya teruskan kepada Menteri LHK Ibu Siti Nurbaya. Laporan yang kemudian menjadi landasan untuk mengambil langkah-langkah lanjutan, termasuk dengan mengirim surat kepada Menteri kabinet terkait lainnya, demi kolaborasi kerja upaya penyelamatan Pulau Bengkalis dari ancaman abrasi.

Jika kelak ada langkah-langkah nyata dari laporan tersebut, berarti salah satu sumbangsih penting Bu Esti sebagai abdi negara, sehingga masalah di tingkat tapak bisa diketahui oleh pimpinan di puncak. 

Di sinilah momen saya percaya, bahwa pemimpin yang hebat, juga pasti memiliki bawahan yang juga hebat-hebat. Inilah kombinasi kerja hebat yang saya lihat, untuk pemulihan lingkungan yang memang sangat tidak mudah.

11 Januari 2021. Saya dan Bu Esti berkomunikasi tentang rencana rekan-rekan PWI bersilahratumi ke kantornya, untuk persiapan Hari Pers Nasional. Begitu siap melayani.

13 Januari pagi, kami berkomunikasi lagi. Itulah komunikasi kami terakhir kali, karena di hari itu juga Bu Esti harus dilarikan ke rumah sakit. Pecah pembuluh darah bagian kepala. Begitu kabar yang saya terima. Sorenya, dapat informasi bahwa beliau dinyatakan negatif Covid-19. Sempat berucap Alhamdulillah. Saya optimis, beliau akan kembali sehat. 

Hari ini, 28 Januari 2021, pukul 17.35 WIB, setelah berjuang berhari-hari melawan sakit, ternyata Allah Swt berkehendak lain. Bu Esti 'dipilih pulang' menuju keabadian. 

Malam ini, suster jauh di Desa Muntai Barat, Pulau Bengkalis, Provinsi Riau, masyarakat secara spontan berkumpul menggelar tahlilan dan yasinan untuk Almarhumah. Warga begitu hilang sosok yang telah bekerja untuk memperbaiki lingkungan di kampung mereka. 

Bu Esti ...
Sungguh, saya melihat sosoknya begitu disayangi banyak orang. 

Bu Esti ...
Terimakasih sudah mengajarkan banyak hal. Masih banyak juga dokumentasi kerja lapangan kita yang belum sempat teredit. 

Di tiap tempat yang pernah Bu Esti singgahi untuk menanam amal dalam kerja-kerja nyata, semoga kiranya melapangkan jalan Almarhumah. Diampuni dosa. Husnul khotimah. Semoga keluarga yang ditanggalkan, diberikan kesabaran dan ketabahan. Aamin. **

Teks Foto : Terakhir almarhumah ibu Ir.Tri Esti Indrarwati bersama TEAM KemLhk RI dan Ibu DR.Afni ( tenaga ahli Mentri LHK serta Ketua LSM IPMPL (SOLIHIN) saat mengumpul data ttg abrasi pantai pulau Bengkalis tepat nya di desa Muntai barat tgl 8 Januari 2021 yg kemudian sebagai bahan laporan ke Mentri LHK di tindak lanjut ke Mentri PPUPR serta Mentri Kordinator Maritim