Streotype Dalam Ilmu Komunikasi Oleh Nadia Safirna Putri

Penulis Nadia Safirna Putri

SATUJU.COM PEKANBARU - Setiap manusia memerlukan komunikasi dengan sesama manusia untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya dengan tujuan untuk bertahan hidup. Komunikasi adalah proses sosial dimana individu menggunakan simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam suatu lingkungan komunikasi dari para individu tersebut. Sehingga di dalam komunikasi terdapat lima perspektif utama. Yaitu sosial, proses, symbol, makna dan lingkungan. Sosial diartikan sebagai suatu hal ketika manusia dan interaksi adalah suatu bagian dari proses komunikasi.

Proses adalah sesuatu yang terjadi secara berkesinambungan, dinamis dan tidak memiliki akhir. Simbol adalah representasi dari suatu fenomena. Makna adalah suatu hal yang telah ditangkap dari pesan yang telah disampaikan. Lingkungan adalah suatu situasi dimana komunikasi tersebut berlangsung (West & Tunner, 2009).

Menurut Baron, Branscombe dan Byrne (2008:188), stereotype adalah kepercayaan tentang sifat atau ciri-ciri kelompok sosial yang dipercayai untuk berbagi. Stereotype juga dapat didefenisikan sebagai penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotype adalah bentuk prasangka yang menyebabkan hambatan dalam suatu komunikasi antarbudaya yang berhubungan dengan adanya perbedaan budaya (Soelhi, 2015, Hal. 19-20). 

Persepsi pada dasarnya muncul karena dipengaruhi oleh stereotype. Stereotype terjadi bukan karena suatu yang dibawa oleh seorang individu dari sejak lahir ataupun muncul karena naluri namun stereotype dapat terjadi karena adanya faktor tertentu. Pertama, stereotype dapat muncul dari orang tua, saudara atau siapa saja yang berinteraksi dengan individu.

Pengalaman-pengalaman orang terdekat dari suatu individu menciptakan adanya sikap stereotype terhadap individu lainnya. Kedua, adanya dorongan dari pengalaman pribadi yang membuat munculnya sikap stereotype terhadap individu lainnya. Ketiga, kemungkinan tersebut dapat terjadi melalui media massa, dimana sikap stereotype dapat muncul melalui hal yang dapat dipelajari oleh seorang individu melalui media massa tersebut (Daryanto, 2014. Hal.260).

Stereotype mempengaruhi komunikasi antarbudaya yang dialami oleh seorang individu. Pengaruh tersebut meliputi tiga hal. Pertama, stereotype negatif yang kuat menyebabkan orang memilih tempat tinggal dan bekerja di tempat yang mengurangi kemungkinan terjadinya kontak dengan orang dari kelompok budaya yang tidak disukai. Kedua, stereotype yang cenderung menghasilkan hal-hal negatif selama proses komunikasi antarbudaya akan mempengaruhi kualitas dan intensitas interaksi. Ketiga, stereotype yang sangat mendalam melibatkan individu dalam perilaku antilokusi dan diskriminasi aktif terhadap kelompok orang yang tidak disukai. Hal ini mendorong terjadinya konfrontasi dan konflik terbuka terhadap kedua belah pihak (Daryanto, 2014. Hal.261)
Stereotype merupakan penghalang dalam komunikasi sebab dapat mempengaruhi cara pandang yang objektif terhadap suatu stimulus.

Stereotype muncul karena ia telah ditanamkan dengan kuat sebagai mitos atau kebenaran sejati oleh kebudayaan seseorang dan terkadang merasionalkan prasangka.
Menurut Wibur Schramm Streotip Etika Dan Filsafat Komunikasi adalah “suatu perangkat pernyataan yang saling berkaitan pada abstraksi dengan kadar yang tinggi, dan daripadanya proposisi dapat dihasilkan yang dapat diuji secara ilmiah, dan pada landasannya dapat dilakukan prediksi mengenai tingkah laku”.

Terdapat beberapa jenis stereotype diantaranya:
Rasisme adalah stereotype berdasarkan rasa tau kelompok nasional seseorang.

Seksisme adalah stereotype berdasarkan gender.

Ageism adalah stereotype berdasarkan usia baik tua ataupun muda.

Classism adalah stereotype berdasarkan kelas sosial mereka.

Nasionalisme adalah stereotype dengan mengampanyekan ketertarikan pada sekelompok orang. Orang dengan pemikiran semacam ini akan merasa lebih hebat dibandingkan dengan individu yang berasal dari etinis, latar belakang agama dan budaya lainnya.

Homophobia adalah stereotype yang menimbulkan ketakutan, intoleransi serta kebencian yang tidak rasional.

Stereotype terhadap agama. Perlakuan terhadap seseorang atau kelompok tertentu dengan berbeda, cenderung negative.

Xenophobia bentuk stereotype berupa rasa takut atau kebencian terhadap orang asing. Perilaku ini tak segan berlaku kejam terhadap orang yang berbeda dengan dirinya.

Menurut Muhammad Mufid dalam bukunya Etika dan Filsafat Komunikasi (2009), beberapa contoh stereotype yaitu:

Orang gemuk biasanya pemalas dan suka makan Orang Jawa identic dengan sikap lemah lembut dan rajin bekerja Orang Batak digambarkan pekerja kerasEtnis Tionghoa cenderung kaya dan perhitungan Pria dianggap kuat Wanita dianggap lemah dan harus dilindungi Penyebab munculnya stereotype ini sebenarnya karena manusia memproses informasi di sekitarnya. Untuk memproses apa yang terjadi di sekitarnya, manusia memasukkan dalam beberapa kategori.

Selain itu, pengalaman hidup, penuturan dari orang lain dan juga keyakinan memperkuat anggapan ini. Terlebih banyak informasi yang perlu dicerna secara rasional namun sangat mungkin menimbulkan salah persepsi. 

Stereotype ini hadir karena manusia memproses informasi di sekitarnya. Untuk memproses apa yang terjadi di sekitarnya, manusia memasukkan dalam beberapa kategori.

Selain itu, pengalaman hidup, penuturan dari orang lain dan juga keyakinan memperkuat anggapan ini. Terlebih banyak informasi yang perlu dicerna secara rasional namun sangat mungkin menimbulkan salah persepsi. 

Penulis melihat bahwa penyampaian Stereotype terhadap sesuatu perlu dibarengi dengan etika komunikasi dimana etika komunikasi dapat diartikan sebagai prinsip yang mengatur hubungan interaksi antar manusia. Pada intinya etika berkaitan dengan apa yang menjadi dasar bahwa tindakan manusia adalah baik atau buruk benar atau salah. Sehingga penyampaian Stereotype perlu dibarengi dengan etika agar tidak menyinggung pihak manapun.

Referensi:

Arief, Abdul Samad (2021). Dasar - Dasar Komunikasi Bisnis. Medan: Yayasan Kita Menulis

Aziz, Abdul., Ar. Imam Riauan, Muhd. (2020). Stereotip Budaya Pada Himpunan Mahasiswa Daerah di Pekanbaru. Jurnal Komunikasi Vol.5, No.1 hal 43-56

Dewi. (2018) Fenomena Culture Shock dan stereotype dalam komunikasi antarbudaya Mahasiswa. Juournal Ultimacomm Vol. 10, No. 2, Desember

Daryanto. (2014). Teori Komunikasi. Malang: Penerbit Gunung Samudera.

Mulyana, D. (2013). Ilmu Komunikasi. Baandung: PT. Remaja Rosdakarya

Shoelhi, M. (2015). Komunikasi Lintas Budaya dalam Dinamika internasional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

West, R., & Tunner, L.H. (2009). Pengantar Teori Komunikasi, Jakarta:Salemba.

(Red)