5 Hadits yang Ungkap Betapa Mulianya Alquran Sebagai Kitab Suci

Ilustrasi

Satuju.com - Al-Qur'an atau Kitab Qur'an, adalah sebuah kitab suci utama dalam agama Islam, yang dipercayai umat Muslim bahwasanya kitab ini diturunkan oleh Allah, yang diturunkan kepada terakhir nabi agama Islam, Muhammad, melalui Malaikat Jibril.

Melansir republika.com, seperti dikutip dari buku 40 Hadits Keutamaan Alquran Syekh Abu Muhammad Al-Biqa'i Asy-Syami Al-Atsari. Berikut ini, lima hadits seputar keutamaan Alquran .

Pertama,

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللّٰهِ صَل َى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُ ونُ فِى رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَي ْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ. فَلَرَسُولُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah manusia yang paling dermawan. beliau paling dermawan adalah pada Keadaan bulan Ramadhan saat ditemui oleh Jibril. Dia menemuinya setiap malam di bulan Ramadhan untuk tadarrus Alquran. Sungguh Rasulullah adalah yang paling dermawan dalam kebaikan melebihi angin yang berhembus.” 

[Muttafaqun 'Alaihi: Shahîh Al-Bukhârî (no. 6, I/61) dan Shahîh Muslim (no 2308, IV/1803), Shahîh Ibnu Hibbân (no 3440, VIII/225), Shahîh Muslim (no 2406, II/ 64), dan Musnad Ahmad (no 2042, I/230)]

Kedua,

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللّٰهِ صَل َى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَرَأَ قَطَعَ آيَةً آيَةً. الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، ثُمَّ يَقِفُ، الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ، ثُمَّ يَقِفُ قَالَ ابْنُ أَبِي مَلِيْكَةَ: وَكَانَتْ أُمُّ سَلَمَةَ تَقْر َأُهَا مَلِكِ

Dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha, dia berkata, “Apabila Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membaca Alquran beliau memutus per ayat. Alhamdulillah rabbil âlamîn lalu berhenti, ar-rahmânir râhîm lalu berhenti.” 

Ibnu Abi Malikah berkata, “Ummu Salamah membaca maliki (dengan ma pendek bukan panjang–penj).” (no 2910, II/252), Sunan Abû Dâwûd (no 4001, IV/37), Musnad Ahmad (no 26625, VI/302), dan Syu'abul Iman Al-Baihaqî (no 2587, II/520)]

Ketiga,

عَنْ أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ الل ّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ مِنْ إِجْلاَلِ اللّٰهِ إِكْرَا مَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ، وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرِ الْغَالِي فِيهِ وَال Perlindungan Lingkungan dan Perlindungan Lingkungan

Dari Abu Musa Al Asy'ari radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “sebenarnya termasuk mengagungkan Allah adalah memuliakan muslim yang sudah tua, hamilul Qur`an tanpa berlebihan dan meremehkan, dan memuliakan penguasaan yang adil. ” 

[Hasan: Sunan Abû Dâwûd (no. 4834, IV/261), Syu'abul Iman Al-Baihaqî (no. 2685, II/550), Musnad Al-Bazzar (no 3070, VIII/74), dan Mu'jam Al -Ausath Ath-Thabarânî (no 6736, VII/21)]

Keempat, 

٣٨- عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ الل ّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: سَيَخْرُجُ أَقْوَامٌ مِنْ أُمَّتِي ي َشْرَبُونَ الْقُرْآنَ كَشُرْبِهِمُ اللَّبَنَ

Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Akan keluar beberapa kaum dari umatku yang meminum Alquran seperti mereka meminum susu.”

[Hasan: Al-Mu'jam Al-Kabîr Ath-Thabarânî (no. 821, XVII/297), dan Musnad ar-Rûyânî (no. 249, I/188)]

Maksudnya, mereka membaca dengan lisan mereka tanpa memikirkan makna-maknanya dan tidak memikirkan hukum-hukumnya, tetapi hanya lewat begitu saja di lisannya sebagaimana lewatnya susu yang diminum dengan cepat (di tenggorokan).

Kelima,  

٣٩- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللّٰهِ صَلّ َى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الْجِدَالُ فِي الْقُرْآنِ كُفْرٌ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Berdebat dalam Alquran adalah kekufuran.” 

[Shahih: Sunan Abû Dâwûd (no 4603, IV/199), Al-Mustadrak Al-Hâkim (no 2803, II/243), dan Syu'abul Iman Al-Baihaqî (no 2256, II/416)]