Hutan Papua Digunduli, Melupakan Amanah Manusia Sebagai Khalifah

Hutan di Papua

Satuju.com - Semua sumber daya yang ada di dalam muka bumi diciptakan Allah SWT bagi manusia sebagai amanah untuk dikelola dan isinya kepada makhluk-makhluk-Nya, tak satu pun yang bersedia mengemban amanah tersebut. Hanyalah manusia yang berani, meski terkadang tidak mampu menjalankannya (QS Al Ahzab: 72).

Inilah fungsi dan peran kekhalifahan yang diamanahkan kepada manusia, yang telah dipilih oleh Allah, walaupun manusia terkadang merasa sombong sehingga seringkali amanah tidak dapat dilaksanakan dengan sempurna.

Serah terima pengelolaan amanah ini kepada manusia dilukiskan dalam surah al-Baqarah ayat 29 dan dilanjutkan dengan penunjukan manusia sebagai khalifah di muka bumi pada ayat 30. Amanah ini sekaligus tanggung jawab yang cukup besar dalam pengelolaan sekaligus juga pemanfaatan alam berikut sumber dayanya, sesuai dengan ketentuan Sang Pemilik sumber daya alam yaitu Allah Swt. Oleh karena itu, manusia harus memperlakukan alam semesta berikut semua sumber daya yang ada secara adil serta tidak eksploitatif (QS. Al Qashash: 77).

Namun manusia sudah terlanjur mengingkari tanggung jawabnya dalam memelihara alam semesta ini dengan berbagai perangai buruknya, sehingga perilaku eksploitatif ini menciptakan kerusakan di berbagai tempat. Kerusakan inilah yang kemudian disebut dengan bencana. Kerusakan alam ini tidak hanya berdampak pada keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam itu sendiri, melainkan juga mempengaruhi keharmonisan hubungan antara manusia dengan sesamanya. Salah satu bentuk nyata dari pengingkaran tanggung jawab ini adalah penggundulan hutan di Papua.

Penggundulan hutan di Papua merupakan salah satu contoh nyata dari kelalaian manusia dalam mengemban amanah yang diberikan oleh Allah. Hutan-hutan yang menjadi paru-paru dunia ini terus ditebang secara membabi buta, tanpa memperhatikan keseimbangan ekosistem yang ada. Padahal, hutan Papua bukan sekedar kumpulan pepohonan, tetapi juga rumah bagi berbagai flora dan fauna endemik yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan alam.

Eksploitasi besar-besaran ini tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga mengancam keberlangsungan hidup masyarakat adat yang bergantung pada hutan. Mereka kehilangan sumber penghidupan dan identitas budaya mereka yang erat hubungannya dengan alam. Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan alam tidak hanya berdampak pada ekologi, tetapi juga pada aspek sosial dan budaya.

Dalam menghadapi situasi ini, kita harus menyadari kembali peran kita sebagai khalifah di bumi. Dalam Fikih Kebencanaan disebutkan bahwa kita harus memperlakukan alam dengan rasa hormat dan tanggung jawab, sebagaimana yang diajarkan dalam Islam. Kita perlu mengadopsi praktik-praktik pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan dan berkeadilan, serta menolak segala bentuk eksploitasi yang merusak.

Sebagai umat Islam, kita harus mengambil langkah konkret untuk melindungi hutan Papua dan memulihkan kerusakan yang telah terjadi. Hal ini termasuk mendorong kebijakan pemerintah yang pro-lingkungan, mendukung inisiatif konservasi, serta mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian alam. Dengan demikian, kita dapat menjalankan amanah yang telah Allah berikan kepada kita dengan sebaik-baiknya.

Penggundulan hutan di Papua adalah peringatan bagi kita semua bahwa amanah Allah tidak boleh diabaikan. Kita harus kembali pada ajaran etika Islam, memupuk akhlak yang baik, dan bertindak dengan penuh tanggung jawab untuk menjaga alam semesta ini. Sebab, hanya dengan demikian kita dapat menciptakan keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.