Si Fulan dan Panggung Murahan: Antara Kontroversi dan Provokasi

Ilustrasi

Penulis: Damai Hari Lubis, Jamaah Imam Besar Negeri ini, Dr. Habieb Rizieq Shihab

Satuju.com - Fulan atau Suparman, karena sekedar info nama, yang jelas penulis tidak jelas siapa Suparman, alu meredirinya dengan kebencian sebenarnya , infonya berdomisili dari Lampung (kabarnya), dan sepertinya pribadi merupakan ampas artefak, kebudayaan jahiliyah dalm kategori jenis kelompok manusia usang yang sakit hati.

Namun jujur ​​penulis kesulitan menyampaikan kemarahan kepada Suparman, karena tersangkut faktor ilmu fikh dan ilmu tauhid yang minim dari penulis, (spesifikasi yang bukan zona disiplin ilmu penulis), yang pasti dan tampak wujud asli Suparman, diyakini oleh penulis, sebagai sisa kaum jahiliyah. Untuk itu juga saja penulis share videonya ke senioren aktivisme dari penulis, sosok aktivis muslim terbaik "nominasi" (masuk pilihan) HRS dan sosok yang lumayan malang melintang didunia aktivisme, dan terbukti mendapat takzim dari Hariman Siregar sang dokter, tokoh aktivis legendaris akbar tahun 74- an, yang tanda salutnya terhadap yuniorennya Sang Prof. Dr. Eggi Sudjana,SH., MSI dihantarkan secara puitis melalui untaian kata-kata dalam sebuah karya sajak spesial Abangda Hariman Siregar.

Maka salut naratif konyol, di mix lalu dikemas secara edukatif dan efektif serta ilmiah, Prof. Dr. Eggi sang profesor yang tetap aktivis dari muda sampai tua (berumur) datang tak lama, beberapa jam, Sang Tokoh kirim tanggapannya terhadap Fulan (info namanya Suparman) melalui sebuah video youtube kepada Penulis.

Narasi Prof Dr. Eggi,  begitu pas dalam video dimaksud, setelah penulis simak sungguh mengena tepat di jantung penulis, mudah mudahan sama dengan para pemirsa andai serius mendengarnya, namun terbatas kepada pribadi yang memiliki nalar sehat atau mau berfikir atau yang dimaknai sesuai teori senioren aktivis muslim BES IS THE BEST dalam buku ilmiah yang belum diterbitkan namun, sudah selesai, dimana pengantar buku ilmiah dengan teori yang bakal segera launching Ia beri judul dengan akronim jenis campuran yakni Teori OBST-JUBEDIL sebagai kepanjangan dari: O bjektif, S istematis/ terstruktur, T oleran, J ujur B enar dan a_Dil_.  

Maka setidaknya ada identik persepsional pada (salah) satu point sang senioren aktivis Muslim BES is The BEST, sesuai nama pemberian Sang Imam Besar Kami HRS (Bang Eggi Sudjana Is The Best), ada umbar kebencian yang nampak keluar dari hati yang terdalam namun penuh benci dan dengki dari si Fulan atau Suparman kepada sang Tokoh Imam Besar Kami HRS (Dr. Habieb Rizieq Shihab) "Sosok Imam Besar Di Negeri ini". 

Atau kesimpulan dari penulis, Suparman merupakan sosok reflika karakteristik manusia-manusia era sejarah kaum jahiliyah yang pernah eksis di tanah pertiwi yang menolak Kepribadian Tutup Aurat Bagi Para Gadis, dan kain penutup kemauan kaum lelaki yang masih terbiasa telanjang, semata tuntunan dari Zat Maha Tinggi, demi melindungi kehormatan dan perlindungan harga diri terhadap kaum perempuan dewasa dan para gadis masa pubertas serta laki laki masuk akil baligh, kemudian justru sinerji tehadap larangan adat dan adab bermaksiat sesuai moh limo namun melalui penyempurnaan ajaran Islam yang lebih komprehensif dan konkrit, yang dititipkan untuk dibawa dan disiarkan serta disampaikan oleh Bangsa Arab asal Madina dan Macca, para penyebar Islam terhadap bangsa di negeri Yaman, para penyebar adab dan budaya dan ilmu, moral pekerti, kebenaran, kerja keras, kepatutan serta keadilan tanpa bekal perang, karena tanpa preparing senjata tajam, tanpa membawa perempuan (para istri istri) selain kitab yang berisi hakekat kebenaran dari Tuhan Yang Maha Esa induk atau yang menjadi hulu daripada muara yang melahirkan inti sari daripada Panca Sila.

Lalu para kaum (bangsa) Yaman setelah menerima hakiki ajaran kebenaran, lalu menjelma menjadi muaranya segala ilmu, kemudian 'evolusi', dan kaum Yaman menjadi sosok-sosok hulu bagi timur jauh/ far east atau asia timur (sampai ke Negeri Mongol) juga berlanjut ke Asia Tenggara Mindanao Fhilpina, Patani Thailand, Banglades, lalu Nusantara- Indonesia, dan diantaranya termasuk Suparman, si Fulan yang nampak dari sisi gaun, sudah ikut  serta menikmati memakai gaun rapi berkemeja (tutup aurat), nyata dalam video nya, tidak lagi telanjang tubuh dengan alat vital yang tranparansi, tentu seiring sudah tidak ada lagi bersisa mirip wanita bali dengan tetek-tetek menggantung terbuka walau zaman masuk di pasca NRI merdeka 1945, atau tidak lagi identik dengan bangsa Eropa ketika masih bar-barism.

Namun disesalkan jati diri Suparman, dari lisan dan gimmick-nya sangat kental hanya memimpin diri dalam bentuk fisik pakaian dan sekadar menyampaikan retorika devide et impera (kulit luar pemikiran), yang terpisah dari kitab suci, sesuai yang dibawa oleh bangsa Arab Yaman, namun diskriminatif golongan terhadap Habaib dan Para ulama, khususnya terhadap para Habaib dan Ulama yang konsistensinya menanamkan ajaran Islam sejati.

Selebihnya narasi si Supratman fulan bin fulan, hanya "penghambaan dari calon peserta tender beraroma proyek tapi miskin inovasi, bermodalkan lidah dan umbar kebencian belaka terhadap sosok ulama istiqomah yang terbukti tubuh dan jiwa sudah diserahkan pasrah untuk petualangan, sehingga konsekuensinya logis akan keras menolak kembalinya simpul atau jaringan jaringan yang bakal mendidik ala jahiliyah pro menggunakan yang pola Yahudi pemilik awal konsep rasisme berikut metode.

Sehingga diasumsikan, Suparman sekedar menjadikan Dedi Mulyadi alat untuk 'misi pragmatisme dengan pola provokatif terhadap tokoh kharismatik namun yang dia benci, maka Suparman sengaja untuk menghancurkan pola pikir dan peradaban umat Islam, untuk dapat kembali kepada pola pikir masyarakat model atau tipe 'budaya nusantara klasik' yang diperankan seorang Dedi Mulyadi yang memanfaatkan kursi politik kekuasaan yang aji mumpung dengan segala cara pencitraan "Jokowisme dengan misi hidupkan pola jahiliyah".

Setidaknya Suparman cenderung pro animisme , pro kemusyrikan demikian menurut Senioren Aktivis dan akademisi Prof.Dr. Eggi, karena tampak membela perilaku musyrik, dengan pola syirik yang pernah dilakukan berdasarkan data empiris oleh sosok Dedi Mulyadi Gubernur Jawa Barat, saat menjabat Bupati Purwakarta (Gubernur Jabar). 

Lebih jauh mendalam untuk Suparman atau si Fulan, ada analogi pertanyaan yang dikemas melalui pepatah ilmiah oleh senioren penulis dalam video yutubnya; "Jika anda Fulan yang terdeteksi memiliki dasar kebencian, bagaimana anda akan berlaku adil?". Atau mengutif dari nilai tinggi filosofi lainnya yang sejenis dengan ilustrasi yang berasal dari salah satu pointer inti sari narasi pendapat subjektif namun objektifitas dari Sang Senioren, yang lalu diunifikasi oleh penulis dengan narasi Suparman (info) asal Lampung, sehingga konklusi penulis terhadap gejala-gejala psikologis seorang Suparman atau fulan asal Lampung, patut dianalogikan melalui sebuah kutifan sastra ilmiah "Penyakit yang sulit ditangani adalah penyakit hati", atau kalau boleh penulis mendeskripsikan sosok Suparman dengan menggunakan terminologi sebuah majas disisi harapan: "bahwa Penyakit yang sulit dibudidayakan adalah jenis penyakit Suparman, maka hendaklah para Suparman berevolusi”.

Referensi: https://youtu.be/7oCGvNbCHus?si=N7k-JKeWXJ8FwrFR