Mark Carney di Tengah Badai: Krisis, Trump, dan Masa Depan Kanada
Mark Carney vs Donald Trump
Penulis: Dahlan Iskan
(Mark Carney melawan Donald Trump)
Satuju.com - Tidak sampai dua bulan setelah dilantik menjadi presiden, Pak SBY menghadapi krisis tsunami di Aceh.
Tidak sampai satu bulan Mark Carney menjadi perdana menteri Kanada, ia menghadapi krisis tarif dengan Amerika Serikat.
Carney sudah dua kali menghadapi krisis. Saat menjabat Gubernur Bank of Canada, 2008, terjadi krisis moneter.
Lalu, saat terjadi Brexit, Carney sedang menjabat Gubernur Bank of England di Inggris.
Di samping warga negara Kanada, Carney juga warga Inggris. Ia lulusan Oxford University, London, bertemu calon istri di kampus terkemuka dunia itu.
Waini –ikut gaya tulisan membaca baik Mirwan Mirza– dua krisis sekaligus menghadapkan Carney. Di sisi lain menghadapi Donald Trump ia menghadapi Pemilu di Kanada 28 April nanti.
Sebenarnya kemarin Carney sedang berkampanye di daerah jauh: di Winnipeg. Dia tiba-tiba pulang ke Ottawa. Ia harus di ibu kota saat Presiden Donald Trump berbicara kepada dunia pukul 16.00 waktu setempat. Artinya: pukul 04.00 tadi pagi WIB –saat artikel ini sudah terbit.
Begitu Trump selesai bicara, Carney harus sidang kabinet: apa yang harus dilakukan. Di detik terakhir rasanya Trump tidak mungkin mencabut dekritnya: mengenakan tarif 25 persen atas barang masuk ke Amerika. Termasuk dari Kanada. Bahkan dari negeri asal istri Trump, Slovenia.
Mulai berlakunya tarif baru itu pun tidak mungkin dimundurkan: tanggal 3 April 2025, pukul 00.00 --delapan jam setelah pidatonya dari Oval office di Gedung Putih.
Bukan berarti tempe di tangan Trump tidak bisa jadi kedelai. Sebagian sudah jadi kedelai duluan. Misalnya di bidang otomotif. Yang berlaku pukul 00.00 nanti ternyata yang dalam bentuk mobil jadi. Kalau spare part dan mesin mobilnya baru akan berlaku tanggal 3 Mei bulan depan.
Carney tampaknya tidak terlihat emosional pada Trump. Bankir selalu mempunyai sikap matang dan hati-hati. Ia tidak akan langsung gayung bersambut. Akan ada barang dari Amerika yang tidak langsung dikenakan balasan tarif masuk 25 persen. Ia akan menjaga harga-harga di Kanada agar tidak naik –ingat, akhir bulan ini ada Pemilu.
Carney juga tidak emosional saat pendukungnya mengelilingi yel-yel ''kita jadikan saja Amerika sebagai negara bagian ke-11 Kanada''. Yel-yel itu sebagai reaksi atas keinginan Trump menjadikan Kanada sebagai negara bagian ke-51 Amerika Serikat.
Amerika lebih emosional. Mungkin merasa sudah tertipu selama 40 tahun lebih. Pekan lalu seharusnya ada pertemuan rutin Amerika-Kanada. Yang dibahas: pengelolaan bersama tiga danau besar di sana.
Anda sudah tahu nama tiga danau itu. Itulah danau yang berisi air tawar terbesar di dunia. Misalkan terjadi krisis air tawar sejagat, Amerika-Kanada tidak akan mengalaminya.
Oleh karena itu Amerika-Kanada bertekad menjaga tiga danau itu secara bersama. Tapi di pertemuan pekan lalu dua wali kota Kanada yang terkait dengan danau itu tidak diundang. Alasannya: Protokol Gedung Putih tidak mengizinkan mereka diundang.
Jangan-jangan Trump akan membuat pagar di tengah danau. Agar air dan ikan milik Amerika tidak lari ke wilayah danau Kanada. Atau pagar danau itu dibuat sedemikian rupa sehingga hanya menyisakan sedikit udara untuk Kanada --sampai negara itu mau jadi negara bagian ke-51 Amerika.
Kelihatannya Trump akan menciptakan krisis demi krisis. Bahkan kalau perlu menyiapkan perang besar. Ia memerlukan alasan darurat untuk bisa maju lagi sebagai calon presiden periode ketiga.
Ia juga harus punya alasan untuk mengubah konstitusi. Di Amerika ''tidak boleh lebih dari dua periode'' dipagari sangat kuat oleh konstitusi. Namun kebijakan Trump untuk menjadikan Amerika Jaya memang tidak bisa dihasilkan dalam satu periode.
Partai Demokrat sudah mulai ancang-ancang: kalau sampai konstitusi dua periode diubah lawan Trump nanti akan sangat berat: Barack Obama.

