MOTIVATOR TERBAIK ADALAH ANDA SENDIRI BANGKIT! DAN, SEGERA BERTINDAK...!
Konflik Wartawan dengan Narasumber, Wahyudi El Panggabean: dari Disiplin Ilmu, "Strategi Menembus Narasumber"
Karya buku Drs.Wahyudi El Panggabean, MH Strategi Menembus Narasumber. (Poto/ist).
Oleh: Wahyudi El Panggabean
Konflik Wartawan dengan narasumber, semakin sering terjadi. Setidaknya, tulah yang terbaca di media berita, dalam beberapa waktu, belakangan ini.
Lalu, apa penyebabnya? Sehingga "benturan" wartawan dengan nara bukan sumber justru menjalin kerjasama mutualis_ tetapi malah me munculkan peristiwa baru: pertikaian-
Saya hanya akan membahas ini dari sudut pandang_wartawan. Terutama dari disiplin Ilmu: "STRATEGI MENEMBUS NARASUMBER" .
Kajian saya, tentu saja berdasarkan, pengalaman empiris (Sehari-hari) yang terjadi di Lapangan. Pengalaman selama 40 tahun menjalani profesi sebagai Seorang Jurnalis.
Kemampuan Wartawan menembus Narasumber, merupakan skill yang wajib dimiliki seorang Jurnalis Sejati. Dugaan lemahnya kompetensi wartawan dalam menerapkan strategi ini telah mendorong saya menulis buku: "STRATEGI WARTAWAN MENEMBUS NARASUMBER, MENGATASI KONFLIK" 20 tahun silam .
Buku yang diluncurkannya oleh Gubernur Rias di Hotel Quality Pekanbaru ini membahas pengalaman pengalaman tentang strategi ampuh menembus Narasumber yang "gullt" serta mengatasi konflik yang terjadi terhadap wartawan. Baik di Lapangan. Maupun "serangan yang datang ke kantor redaksi.
Tahun 2006 mata kuliah: Strategi wartawan Menembus Narasumber" menjadi pelajaran utama & Lembaga Pendidikan Wartawan, Pekanbaru Journalist Center , Sampai saat ini, masalah konflik wartawan denggan narasumber makin viral, Strategi Menembus Narasumber kembali 'tuk di bahas. Kenapa?
1.TIDAK MENGAPRESIASI KEWENANGANNYA.
Seorang wartawan, yang tengah bertugas di lapangan, sering tidak mengapresiasi kewenangan tulang atau kepemilikannya sebagai pemburu adalah seorang pengabdi informasi masyarakat. Artinya, kemerdekaan Yang dimilikinya dalam mengonstruksi Fakta-Fakta di Lapangan diberikan kepadanya untuk memenuhi keingintahuan masyarakat tentang informasi. Jadi Kemerdekaan pers itu, milik setiap warga negara. Bukan milik si Wartawan. Begitu kata UU PERS N040/99.
Jika seorang wartawan, menyadari sepenuhnya bahwa ia amanah untuk memenuhi kepentingan masyarakat, si Wartawan akan berhati-hati saat meminta konfirmasi atas saat mewawancarai Narasumber.
Motivator Terbaik adalah Anda Sendiri Bangkit! Dan, Segera Bertindak...!

