Andri Yanto Luruskan Polemik Perizinan PLTN Thorcon di Bangka Belitung

Andri Yanto (poto/ist)

Babel, Satuju.com - Wartawan Jejaring Media KBO Babel bertemu langsung dengan Andri Yanto, penulis opini dan pemerhati isu energi nasional, untuk meluruskan sejumlah informasi yang beredar mengenai proses perizinan PLTN Thorcon di Bangka Belitung. Dalam wawancara eksklusif ini, Andri memaparkan fakta regulasi, posisi terkini Thorcon, serta harapan baru bagi masa depan energi nasional.

Meluruskan Informasi yang Keliru

“Banyak pemberitaan yang keliru memahami regulasi PLTN. Kita perlu luruskan agar publik mendapatkan gambaran yang objektif,” tegas Andri Yanto di awal wawancara.

Menurutnya, opini yang ia tulis beberapa waktu lalu bertujuan memberikan pemahaman yang benar mengenai alur perizinan pembangunan PLTN. Ia melihat ada klaim publik yang menyebut Thorcon “belum bisa menunjukkan tiga izin”—license to design, license to construct, dan license to operate.

“Permasalahannya, dalam regulasi Indonesia, istilah-istilah itu tidak dikenal. Saya merasa perlu memberi penjelasan agar publik memahami alur perizinan PLTN yang benar menurut BAPETEN,” ujarnya.

Lima Tahap Perizinan Resmi PLTN

Andri menjelaskan bahwa seluruh ketentuan teknis sudah tertuang dalam Peraturan BAPETEN Nomor 1 Tahun 2022. Dalam aturan tersebut, proses perizinan PLTN terbagi dalam lima tahap berurutan:

1. Izin Tapak

2. Izin Konstruksi

3. Izin Komisioning

4. Izin Operasi

5. Izin Dekomisioning

“Tidak mungkin mengajukan Izin Operasi kalau Izin Tapak saja belum selesai. Ini sering disalahpahami,” kata Andri.

Ia juga menegaskan bahwa license to design tidak dikenal dalam sistem Indonesia. Yang ada adalah Design Information Questionnaire (DIQ), dokumen yang baru muncul saat pengajuan Izin Konstruksi, bukan pada tahap evaluasi tapak.

Posisi Terkini Thorcon dalam Proses Perizinan

Andri memaparkan bahwa Thorcon saat ini masih berada di tahap pertama, yakni Izin Tapak.

Pada 30 Juli 2025, BAPETEN telah menyetujui dokumen PET–SMET sebagai dasar evaluasi tapak PLTN di Pulau Kelasa, Bangka Belitung.

Proses berikutnya adalah penyempurnaan riset geologi, seismologi, lingkungan, penyusunan AMDAL, serta kesesuaian tata ruang.

“Setelah Izin Tapak keluar, barulah mereka bisa masuk ke tahap konstruksi, komisioning, dan operasi,” jelasnya.

Menjawab Kekhawatiran Publik: Apakah PLTN Aman?

Menurut Andri, isu keselamatan harus dilihat berdasarkan data, bukan persepsi. Ia mengutip perbandingan angka kematian per TWh dari Our World in Data yang menunjukkan bahwa energi nuklir termasuk yang paling aman:

1. Batubara: 24,6 kematian/TWh

2. Minyak bumi: 18,4

3. Biomassa: 4,6

4. Gas alam: 2,8

5. PLTA: 1,3

6. Angin: 0,04

7. Nuklir: 0,03

8. Surya: 0,02

“Secara statistik, nuklir justru lebih aman dari angin dan hampir setara surya,” ungkapnya.

Meski ada tiga kecelakaan besar dalam sejarah — Three Mile Island, Chernobyl, dan Fukushima — ia menegaskan bahwa seluruh bentuk energi juga memiliki risiko kecelakaan fatal.

Keuntungan PLTN untuk Bangka Belitung

Andri menuturkan bahwa Provinsi Babel membutuhkan pembangkit besar yang stabil untuk menopang pertumbuhan industri.

“Nuklir memberikan tiga keuntungan utama: stabil sebagai baseload, bersih dari emisi karbon, dan harga listrik yang kompetitif bahkan bisa mengalahkan PLTU batubara,” jelasnya.

Ia menilai bahwa energi surya memiliki potensi, namun bersifat intermiten sehingga belum dapat menjadi sumber utama bagi kebutuhan industri besar.

Belajar dari Sejarah: Menghindari Kampanye Ketakutan

Andri mengingatkan bahwa Indonesia pernah kehilangan momentum teknologi akibat kampanye ketakutan dan tekanan eksternal, yaitu saat industri pesawat N-250 dihentikan pada 1998.

“Indonesia lebih sering menjadi pasar daripada penguasa teknologi. Untuk PLTN, saya ingin publik punya mindset baru: rasa ingin tahu, bukan rasa takut,” ucapnya.

Pesan untuk Masyarakat Bangka Belitung

Di akhir wawancara, Andri menyampaikan bahwa masyarakat Babel berada pada persimpangan sejarah penting.

“Kalau kita ingin Babel punya industri besar, tenaga kerja terserap, ekonomi tumbuh, maka energi adalah pondasinya. Nuklir adalah salah satu opsi terbaik yang kita miliki,” katanya.

Andri mengingatkan bahwa proses PLTN Thorcon masih panjang dan seluruhnya berada di bawah pengawasan ketat BAPETEN.

“Tidak ada ruang untuk kerja asal-asalan. Mari melihat teknologi ini dengan kepala dingin, berbasis data, dan tidak terjebak narasi menakut-nakuti.”

“Kadang, kemajuan datang bukan karena kita berani mengambil risiko besar, tetapi karena kita berani memahami apa yang selama ini kita takutkan,” tutupnya.