“Hidup Jokowi” dan Tafsir “Boneka” di Teater Politik Nasional
Ilustrasi. (poto/net).
Oleh: @sabartambunan63
Satuju.com - Hampir semua netizen yang mengaku peduli politik percaya bahwa Prabowo adalah boneka Jokowi, Iya? Apa iya??
Padahal, jauh-jauh hari saya sudah berkali-kali mengatakan:
“Jokowi, cepat atau lambat, pasti akan semakin tenggelam ke dalam kubangan lumpur hidup yang ia gali sendiri.”
Namun hampir tidak ada yang percaya. Dan saya tidak mau sedikit pun meralat, apalagi mengubah, pendapat atau prediksi politik saya. Ogah. Ogaaaah.
Kini, ketika pendapat itu mulai tampak kian terbukti, barulah banyak netizen pengamat politik ikut nimbrung, berlomba-lomba membuat narasi serupa demi viral. Biasalah.
Namanya juga dunia politik ujung jari ala Indonesia.
oooOoooOooo
DUNIA PANGGUNG SANDIWARA POLITIK
Para netizen pengamat politik di Indonesia berlomba menciptakan kegaduhan dan viralitas dengan memanfaatkan rendahnya tingkat literasi politik masyarakat.
Masalahnya, sebagian besar pengamat dadakan ini tidak dibekali informasi A-1 atau bocoran yang memadai dari balik layar kekuasaan. Ini persoalan serius.
Padahal, politik praktis sejatinya adalah pertarungan panggung-panggung drama yang dimainkan para aktor kepentingan.
Apa yang terlihat dan terdengar oleh publik di panggung-panggung itu bukanlah politik yang sesungguhnya.
Hampir semuanya hanyalah sandiwara politik.
Akibatnya, ruang media sosial kita dipenuhi kebisingan politik yang justru membuat publik semakin rabun dan tersesat dalam memahami realitas kekuasaan.
Contohnya, ketika Presiden Prabowo dalam satu momentum berteriak lantang:
“Hidup Jokowi!”
Sebagian orang langsung menyimpulkan bahwa Prabowo adalah boneka Jokowi. Begitu saja.
Lalu mereka mencari peristiwa-peristiwa faktual terkini untuk menguatkan keyakinan tersebut.
Misalnya:
“Buktinya, Prabowo sebagai Presiden tidak berani mengganti Kapolri Sigit Sulistyo, yang dianggap sebagai orang Jokowi.”
Sekilas, logika ini tampak masuk akal.
Namun logika tanpa data dan tanpa informasi balik layar hanya akan melahirkan kesesatan analisis politik. Dari situ, kesimpulan “Prabowo adalah boneka Jokowi” dibangun—padahal realitas politik tidak sesederhana itu.
oooOoooOooo
#AJMG: JOKOWI–GIBRAN MENUJU TAMAT
Prabowo boneka Jokowi?
Ah, tidak sesederhana itu, kawan.
Mari kita tunggu mulai Januari 2026. Saat itu, langkah-langkah politik Prabowo sebagai Presiden akan semakin tegas dan terang, sehingga publik akan lebih mudah melihat arah sebenarnya.
Salah satu indikator penting adalah RUU Perampasan Aset yang akan disegerakan menjadi undang-undang.
Selain itu, geliat politik di DPR terkait proses pemakzulan Gibran juga akan semakin nyata. Dua hal ini jelas sangat didambakan oleh masyarakat yang bukan bagian dari barisan pendukung buta.
Faktanya, basis dukungan Jokowi kini semakin menipis dan secara politik kian tidak signifikan.
Tuntutan adili Jokowi, makzulkan Gibran, atau bangkitnya Gerakan Rakyat Semesta (#AJMG) akan bergerak seperti bola salju—semakin besar, semakin tak terbendung.
Akibatnya? Jokowi–Gibran menuju kecepatan tamat.
Ambisi menjadikan Republik Indonesia serasa kerajaan—bahkan menyerupai “Kerajaan Konoha”—tak lebih dari ilusi. Jokowi sedang berhalusinasi politik.
Sebagai penutup, satu hal penting:
Siapa pun yang terlalu cepat percaya pada postingan politik viral, besar kemungkinan—hingga 90 persen—sedang ditipu, atau setidaknya sedang dibodohi oleh kepentingan tertentu.
Solusi paling sederhana agar kita tidak terus-menerus dipermainkan politik kotor adalah ini:
jangan telan mentah-mentah narasi viral. Gunakan nalar, jaga jarak, dan jangan mudah terpancing.
Politik itu penting, tapi jangan sampai akal sehat kita disandera olehnya.

