Mengenal Balimau Kasai, Tradisi Unik Masyarakat Riau Menyambut Bulan Ramadan

Balimau Kasai

Satuju.com - Balimau Kasai merupakan sebuah Upacara tradisional yang istimewa bagi masyarakat Kampar Provinsi Riau khususnya Kabupaten Kampar untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Tradisi ini biasanya dilakukan sehari menjelang masuknya bulan Ramadhan yang dimaknai sebagai luapan kegembiraan dan simbol penyucian diri untuk menyambut bulan suci Ramadhan.

Melansir goodnewsfromindonesia.id, tradisi ini juga berkembang di berbagai daerah namun dengan berbagai versi, namun masyarakat Kampar memiliki ciri khas tersendiri dengan menampilkan berbagai kesenian seperti Talempong, atau acara orgen tunggal dengan lantunan lagu Ocu.

Balimau Kasai sendiri berasal dari kata Balimau dan Kasai. Balimau yaitu mandi dengan air yang dicampur jeruk (limau). Kasai diartikan sebagai wangi-wangian.

Tidak hanya itu, Semarak Balimau Kasai diisi dengan berbagai kegiatan seperti panjat pinang dan puncaknya lomba pacu sampan dan berhilir (bailiu) di aliran Sungai Kampar. Acara balimau Kasai sangat mempunyai arti makna bagi masyarakat khususnya Masyarakat disekitar sungai Kampar.

Sesuai dengan namanya, dalam acara balimau Kasai juga mempunyai alat atau bahan untuk mengikuti acara tradisi ini, salah satunya Limau Kasai yang digunakan sebagai shampo untuk berkeramas sebagai simbol penyucian diri untuk menyambut bulan suci ramadhan tersebut.

Adapun bahan dalam acara mandi Balimau adalah limau purut/nipis, lengkuas, ataupun serai yang kemudian semua itu direbus hingga kulit jeruk bisa hancur saat diremas, adapun untuk Kasainya terbagi ke dalam 2 jenis yaitu kasai kering yang berwarna kuning dan kasai basah berwarna putih.

Masyarakat Kampar sangat antusias mengikuti acara Balimau Kasai ini, berbagai kalangan usia yang memenuhi tepian Sungai Kampar untuk menyaksikan berbagai kegiatan yang dilakukan, tidak hanya warga setempat tetapi juga para perantau yang pulang kampung untuk menyaksikan acara tersebut dengan antusias membawa sanak saudara.

Namun acara Balimau Kasai juga memiliki Pro dan Kontra dalam pelaksanaannya, karena sebagian kalangan menganggap bahwa Balimau Kasai tidak relevan atau tidak cocok sebagai momen menyambut bulan Ramadhan.

Sebagai umat muslim yang seharusnya menyambut bulan suci dengan kebaikan bukan dengan hal yang lebih mengarah pada hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Walaupun demikian, tradisi ini tidak bisa begitu saja dilihat dari satu sudut pandang, karena didalam acara tersebut juga mengandung sisi positif yang patut untuk dilestarikan bagi warga, khususnya masyarakat Kampar tersendiri, tentunya diiringi dengan niat yang baik tanpa mencampurinya dengan niat untuk melakukan maksiat kepada tuhan.

Sisi positifnya, acara ini juga mendapatkan Apresiasi serta dukungan dari Pemerintah, selain sebagai ajang melestarikan wisata di Kampar, juga sebagai momen bagi para usaha UMKM lokal untuk mengembangkan usahanya. Pemerintah juga berharap Tradisi Balimau Kasai ini menjadi salah satu destinasi wisata alternatif Balimau bagi masyarakat Kampar maupun pengunjung dari luar Kampar.

Maka dikembangkan melalui pendekatan desa wisata dan menjadi kekayaan warisan kebudayaan yang melekat pada masyarakat Riau, khususnya di Kenagarian Kampar.