Menteri ESDM Ungkap Indonesia Impor LPG Hingga 6 Juta Ton per Tahun
Ilustrasi
Jakarta, Satuju.com - Indonesia diungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengimpor liquefied petroleum gas (LPG) hingga 6 juta ton per tahun.
Oleh karena itu, ia tengah mendorong pembangunan infrastruktur gas bumi agar produksi yang ada di Tanah Air dapat termanfaatkan. Dengan pemanfaatan tersebut, Indonesia diperkirakan dapat mengurangi impor LPG.
"Jadi sekarang kan kita impor LPG lebih dari 6 juta ton setahun. Kalau harganya US$575 per ton, dikali-kalikan saja tuh. Maksudnya jangan boros pakai LPG. Mentang-mentang murah, boros," ujar dia saat berbincang dengan media di Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Jakarta Selatan, Jumat (2/8/2024).
Ia menyampaikan pada tahun ini, pemerintah tengah fokus menyelesaikan pipa gas Cirebon-Semarang (Cisem). Sementara pada tahun 2025, pemerintah akan fokus menyelesaikan pipa Dumai-Sei Mangkei (Dusem).
Arifin mulanya mengungkap baru-baru ini ada beberapa temuan sumber gas jumbo. Ia berharap sumber gas itu bisa segera diproduksi.
Kalau kita lihat di wilayah 1 di ujung Sumatera nanti ada Andaman Selatan, ada juga bloknya ENI yang juga sudah dilepas. Jadi itu juga potensi besar, tutur dia.
“Sekarang Mubadala yang sudah dapat potensi kurang lebih sampai 5 TCF ini sedang mau cepat, dia ingin balapan juga sama ENI supaya bisa berproduksi cepat, kami diharapkan bisa speed-nya sama seperti 2028 bisa berproduksi,” jelas Arifin.
Ia berharap dengan pembangunan infrastruktur gas tersebut akan mendorong pembangunan jaringan distribusi gas. Sehingga gas tersebut bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
“Dengan adanya transmisi gas ini, nantinya juga akan terbukanya wilayah jaringan-jaringan distribusi gas. Wilayah itu didorong untuk bisa menyediakan jaringan gas ke masyarakat dan selain industri,” katanya lebih lanjut.
Sebagai informasi, Indonesia merupakan salah satu produsen gas bumi terbesar di dunia. Namun, karena terkendala infrastruktur pipa, gas bumi yang diproduksi sebagian tak terserap di dalam negeri sehingga harus diekspor.
Sementara itu, kebutuhan LPG yang didistribusikan melalui tabung gas semakin tinggi dan harus ditutupi dengan impor.

