Pekanbaru, Satuju.com - Warga Desa Jake, Kecamatan Kuantan Tengah, Kuansing, resah dan marah. Pasalnya, sebagaimana dirilis Riau Pos.com, lahan perkebunan yang mereka kelola selama ini di lahan ulayat mereka diklaim secara sepihak oleh perusahaan sebagai areal hak guna usaha (HGU).

Kemarahan warga desa tersebut setelah perusahaan memasang plang papan di lokasi lahan kebun warga dengan tulisan areal HGU PT. Wanasari.

"Warga Desa Jake marah karena mendapati telah terpasang papan plang dengan tulisan areal HGU perusahaan. Papan plang didapati warga lima hari yang lalu," kata Andi Nurbai, tokoh masyarakat Jake.

Papan plang itu, kata mantan anggota DPRD Kuansing ini, terpasang di areal program PEK milik warga Desa Jake seluas 500 Ha. Lahan ini sudah dikuasai turun temurun bahkan sebelum Indonesia merdeka. Karena itu ulayat Jake yang diperuntukan bagi kesejahteraan anak cucu kemenakan.

Menyikapi permasalahan tersebut, akhirnya masyarakat menghubungi Pakar Lingkungan Dr. Elviriadi di Pekanbaru.

"Kita sudah terhubung ke Bung Elv. Dia kawan saya waktu mahasiswa, sesama aktif di HMI dan beliau sering bersilaturahmi ke rumah kos kami. Besok (Rabu) beliau turun ke Jake," ucap Andi Nurbay, SP .

Dihubungi terpisah melalui aplikasi WhatsApp (Selasa, 13/8) Elviriadi membenarkan undangan tersebut. 

Alhamdulillah. Semalam sudah dihubungi Bung Andi Nurbay. InsyaAllah besok saya turun ke Kuansing. Riau ini memang areal pertempuran rakyat versus korporasi. Jadi tiap minggu saya keliling kampung," terang dia.

Akademisi yang kerap jadi ahli di pengadilan ini membeberkan akar konflik lahan.

"Perusahaan di Riau itu rata rata hanya modal IUP dan ijin lokasi langsung geruduk. Padahal lahan yang diklaimnya sudah dimiliki masyarakat. Ape tak "perang" jadinya. Tak ada verifikasi, tata batas. Kalau tertib prosedural tak banyak  dapat lahan. Lelamo Burung Hantu Pohon Pacu Jalur pun melompat ke pangkuan manager cukong. Ajap ajap," pungkasnya.