Kelemahan seorang Pria & Wanita: Kehidupan Dunia, Kesetaraan Tak Berarti Menyamakan
Wahyudi El Panggabean (Suami) dan Asmanidar (Istri) saat di Danau Sungkarak.(Poto/ist).
By: Wahyudi El Panggabean
Satuju.com - Dialektika kehidupan modern, kerap mengingkari fitrah yang sudah diatur agama. Istimewanya, mis-komunikasi gender di bawah perisai emansipasi. Padahal, Isl@m sudah mengatur kesetaraan: pria - wanita (QS Al Ahz@b: 35).
Seribu empat ratus tahun sebelum surat-surat RA Kartini diterjemahkan Armijn Pane ke Bahasa Melayu: "Habis Gelap Terbitlah Terang" (1938)_Al Qur'@n sudah berbicara tentang: Minal Julumati Ilan Nur_Habis Gelap Terbitlah Terang (QS Al B@qarah: 157).
Dari sekian banyak keistimewaan wanita dalam Isl@m, toh Surat An Nis@: 35 menempatkan pria sebagai pemimpin. Tetapi, tidak satupun ayat Al Qur'@n yang melarang wanita untuk berkarier, di luar rumah. Tetapi ingat: ada aturan main yang mesti ditaati.🙏 Tetap menutup aurat, pemisahan ruangan dengan yang tidak muhrim, dsb.
Di luar itu, mestinya tetap berada posisi yang urgen. Selalu menyadari fitrah. Dalam konteks pasangan suami isteri misalnya, sepanjang masing-masing sadar akan hak & kewajiban, semua akan bebas hambatan. Toh, cinta & kasih-sayang adalah perekat yang melahirkan harmony.
Selalu berpikir positif. Karena, seperti dijelaskan Allah dalam Surat Al An'@m Ayat 32: "Kehidupan dunia ini, hanyalah permainan semata. (Only Game).
Simak jua pesan manis dari Presiden RI ke-3, Alm. Prof. B.J. Habibie: "Kelemahan seorang pria, terletak pada wanita yang dicintainya. Tetapi, kekuatan seorang wanita berada pada pria yang disayanginya. Maka duduklah sejajar, agar bisa saling bersandar. Tanpa saling merendahkan...."
Subhanallah🤲🙏
@Poto: #danausungkarak

