Membayangkan Skema Politik Berisiko: Gibran, Kroni dan Ancaman Nasional

DHL, Munarman dan Eggi. (poto/ist).

Penulis: Damai Hari Lubis, Pengamat KUHP (Kebijakan Umum Hukum dan Politik)

Satuju.com - Ilusi dengan deskripsi latar belakang hasrat Jokowi tuk Gibran menjadi presiden RI dengan pola memaksakan kehendak versi kudeta (bukan konstitusional) tentu saja hal ini high risk, karena dampaknya luar biasa parah untuk Gibran, kroni, dan tentunya dekat dengan kepastian, nasib Jokowi berada dalam bahaya besar, bahkan nyawanya terancam, minimal Jokowi dan "tokoh kroni" catatan publik, terjadi eksil politik alias kabur keluar negeri. Kemana ? Kemungkinan (prediktif) ke negeri Tiongkok, karena andai ke Singapura ''mudah" dijemput.

Apa saja resiko tinggi yang bakal terjadi ditanah air ? Andai Gibran & Kroni memaksakan diri berkuasa secara inkonstitusional (kudeta Prabowo):

1. Legitimasi Politik Gibran Hancur: Gibran jadi presiden "ilegal", dianggap tidak sah oleh rakyat, parlemen, dan internasional. Legitimasi hilang, pemerintahan lemah. Terlebih Gibran sudah terpatri (background believe) dibenak publik bangsa ini, dengan gelar "anak haram konstitusi";
2. Protes Massal & Gejolak Rakyat marah, demonstrasi bakal terjadi besar-besaran yang berpotensi kerusuhan, kekerasan dan destabilisasi pemerintahan negara;
3. Eigenrichting bisa terjadi kepada Gibran dan kroni (anarkis) amuk massa dan eksekusi jalanan.

Resiko lainnya terhadap Gibran dan Negara RI adalah menyangkut sistim hukum tatanegara dan hukum pidana dan 'sanksi ekses' hukum internaional:

1. Hukum Tata Negara dilakukan untuk Impeachment Gibran  melalui MPR RI tanpa melalui proses Mahkamah Konstitusi (MK);
2. Gibran bakal menghadapi Ancaman pidana makar, korupsi (KKN) dan penyalahgunaan kekuasaan;
3. Negara RI bisa terkena Sanksi Internasional dari AS, UE, PBB → isolasi diplomatik dan sanksi ekonomi;

Dan dampak negatif alternatif, jika Gibran RI 1 akibat faktor Presiden Prabowo berhalangan tetap dalam makna konstitusional, tetap berpotensi Terjadi Krisis Keamanan, TNI/Polri bisa terpecah (loyalitas vs. Oposan). Risiko kudeta balik terhadap Gibran atau intervensi militer;

 Menimbulkan Kerusakan Ekonomi: Investasi turun, rupiah melemah, inflasi naik. Rakyat menderita, krisis ekonomi.

Dampak puncak yang terburuk (Worst-Case) apabila parlemen di Senayan politik (DPR RI DPD RI dan MPR RI) dan TNI tidak cakap berkoordinasi, maka dengan segala dinamisasi gonjang ganjing politik dan keamanan bisa terjadi kekosongan kepemimpinan, sehingga kepemimpinan pemerintahan dikendalikan oleh politik triumvirat Jo. UUD. 1945 Pasal 8 ayat 2 dan ayat 3 lalu setelah ada presiden terpilih setelah 30 oleh MPR RI, terhadap pemerintahan negara cenderung mengalami Krisis Kemanusiaan akibat berbagai kerusuhan, korban jiwa, pengungsi internal, oleh karenanya banyak negara internasional mengisolasi Indonesia, NRI menjadi "negara pariah" atau marjinal, akibat sanksi ekonomi berat, turis & investasi hilang maka Jokowi & Keluarga Terancam menjadi target protes, ancaman hukum, atau eksil (lari ke luar negeri). Dan Gibran beresiko dipenjara atau andai Gibran mendapat impunitas oleh penguasa baru, maka Gibran bakal mendapatkan gangguan psikologis (mantalitas) lalu berlanjut isolasi sosial. Maka masa depan politik Gibran dapat dipastikan hancur lebur berantakan.

Contoh Kasus (Referensi):
- Thailand (2014): Kudeta militer → sanksi internasional, krisis ekonomi.
- Myanmar (2021): Kudeta Aung San Suu Kyi → protes, sanksi, isolasi.
- Nepal(2024) bangsa ini bisa meniru rakyat Nepal untuk dipraktikan di tanah air.

Konklusi: Kudeta atau konstitusional sangat berisiko bagi Gibran & kroni serta bangsa dan negara ini, sebaliknya Jokowi harus siap pertaruhkan segalanya dengan segala dampaknya. Walau secara sosiologis politik belum tentu resiko ini muncul jika Gibran naik singgasana ke RI 1 secara konstitusional, karena data empirik sejarah menunjukan mayoritas berbagai kelompok oposisi mirip mental "ayam sayur" sejak dipimpin oleh Jokowi selama 1 dekade, fenomena pergerakan tidak sesemarak netizen diberbagai medsos, praktiknya hanya 'segelintir ayam jago yang turun ke gelanggang'.

Catatan, imajinasi politik ini sebagai lanjutan narasi narasi terkait sosok Gibran  Bogor Barat, Masjid Madinah Al Munawwaroh Kp. Laladon- Ahad 7 Desember 2025 Sekembali menghadiri pernikahan putra aktivis pejuang.