Batam Diambang Krisis Air; Pakar Lingkungan Minta Pemko dan Otorita Buat Langkah Antisipasi

Pakar Lingkungan Dr. Elviriadi (bertopi hitam) Bersama aktivis Pemuda Muhammadiyah, saat di Tanjung Pinang, Propinsi Kepri

BATAM, Satuju.com - Lawatan pakar lingkungan Dr. Elviriadi ke Pulau Batam Kepulauan Riau beberapa waktu lepas, meninggalkan catatan ekologis.

Pengamatan bersifat observasi itu terekam dalam rilis yang diterima redaksi pada Sabtu malam (1/7/23).

“Alhamdulillah, saya baru melawat Batam dan Tanjung Pinang. Saya melihat Pulau Batam diambang krisis air. Pemko dan Otorita Batam harus ambil langkah sigap,” ucapnya.

Kepala Departemen Perubahan Iklim Majelis Nasional KAHMI itu meminta aktivis Batam bergerak.

"Saya khawatir bila dibiarkan, Waduk - waduk yang berfungsi menampung air bersih disana bisa mengering. Paling tidak debet airnya berkurang drastis. Aktivis disana harus progresif. Saya sudah hubungi Bang Ibrahim Kota dan adinda Muji," ujar putra selatpanjang itu. 

Akademisi yang kerap jadi ahli di pengadilan itu meminta Pemko Batam memperkuat kawasan resapan air (catcman area) di sekitar waduk.

"Saya melihat hutan kota di Batam semakin menipis perlahan. Pembukaan ruang (lahan) baru semakin masif diikuti pembangunan kilang dan bangunan baru. Malaysia sudah merasakan keringnya empang dan waduk karena tak menjaga kelestarian hutan kota. Dataran penduduk (hunian vertikal) di Sabah, Lembah Klang, dan semenanjung mengalami krisis air bersih,” ujarnya.

Akhh pecahlah. Dilaut pasir kene kerok, Perubahan iklim akibat gundul hutan kota memicu air laut naik. Di rumah rumah orang Batam, keran tak ade air pulak. Lelamo temakol Pulau Galang meloncat ke pangkuan Cukong takut kene sedot pasir. Kepunan telouw temakol sedot laaaaah," pungkas peneliti pasir laut yang istiqamah gundul licin demi hutan Batam.*