Pemuda Palestina Ungkap Kejamnya Penjara Israel

Ilustrasi

Gaza, Satuju.com - Kekejaman di penjara Israel diungkapkan sejumlah remaja Palestina. Mereka mendapat perlakuan tidak manusiawi yang kerap memukul sipir penjara, bahkan ada pula remaja yang meninggal diduga karena memukul sipir Israel.

Melansir CNNIndonesia, Mohammed Nazal, seorang remaja Palestina yang dibebaskan oleh Israel selama gencatan senjata berlangsung pekan lalu, menceritakan penderitaanya kerap digebuki oleh sipir Israel selama di penjara.

Israel berusaha menyangkal segala pernyataan Nazal dan menggambarkannya sebagai pembohong.

Remaja dari kota Qabatiya di Tepi Barat ini mengatakan kepada media Arab dan Barat bahwa ia marah dan tidak diberi bantuan medis, dikutip dari Al Jazeera.

Kesaksian dan catatan medis yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengecekan fakta memberikan bukti bahwa kompresi brutal yang dialami warga Palestina di penjara Israel semakin memburuk sejak perang Israel-Hamas pada 7 Oktober.

Nazal merupakan salah satu remaja dari 100 warga Palestina yang ditahan pada bulan Agustus lalu tanpa alasan yang jelas.

“Dia terus memukuli saya selama delapan menit dengan tongkat dan tanpa peduli di mana tongkat itu mendarat,” ungkap Nazal.

"Saya menutupi kepala saya. Tongkat itu diarahkan ke sini, ke kepalaku, tapi dikirimkanlah yang menerima pukulannya." imbuhnya.

Salah satu foto Nazal yang menunjukkan kedua tangannya dibalut perban menjadi viral. Nazal mengatakan bahwa kedua tangannya patah tulang dan beberapa jari di tangannya juga patah. Nazal mungkin memerlukan operasi dalam perjalanan menuju pemulihan.

Nazal sakit selama sepekan di lantai akibat pemukulan sipir Israel tanpa adanya bantuan medis. Nazal baru bisa menceritakan pengalamannya ini saat kembali dipertemukan dengan keluarganya oleh Palang Merah.

Ofir Gendelman, pejabat media di kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menunjukkan video yang menampilkan tangan Nazal tidak dibalut dan baik-baik saja selama perjalanan di bus Palang Merah.

Hal ini untuk membantah tuduhan kekerasan yang diajukan kepada Israel.

Gendelman menyatakan masyarakat Palestina berbohong tentang kebenaran yang terjadi selama di penjara.

Nazal bukan satu-satunya yang menceritakan pengalaman kekerasan yang dilakukan militer Israel di penjara.

Khalil Mohamed Badr al-Zamaira, berusia 18 tahun, termasuk dalam 39 tahanan yang dibebaskan pada Minggu (26/11) bercerita tidak ada perlakuan yang berbeda bagi anak-anak.

“Mereka tidak membedakan antara tua dan muda,” kata al-Zamaira, dilansir dari Middle East Eye.

“Dua remaja dipindahkan dari penjara Ofer karena tulang rusuknya patah. Mereka tidak bisa bergerak.” imbuhnya.

Para remaja yang dibebaskan mengatakan mereka secara rutin berdetak, dipermalukan di penjara, dan persediaan udara serta makanan sangat langka.

Salah satu tawanan yang diidentifikasi bernama Thaer Abu Assab dilaporkan berdetak hingga terbunuh di penjara.

Praktik-praktik kekerasan di penjara Israel sebenarnya telah dipublikasikan sejak beberapa dekade lalu, saat wilayah tersebut berada dalam kendali Inggris.

Misbar, platform pengecekan fakta Arab, menganalisis catatan medis yang dikeluarkan pada saat Nazal dibebaskan. Catatan tersebut menunjukkan bahwa tulang metakarpal atau tulang pipih di punggung tangan milik Nazal mengalami patah tulang.

Nazal dan ribuan warga Palestina lainnya ditahan di bawah "penahanan administratif". Hukum Israel memungkinkan tersingkirnya warga Palestina selama enam bulan tanpa pengadilan dan tuduhan.

Rentang itu sering diperpanjang dengan batas yang tidak jelas.

Kelompok Hak Asasi Manusia juga melaporkan bahwa Layanan Penjara Israel membatasi akses terhadap udara, makanan, perawatan medis, dan barang-barang komunal bagi para tahanan.

Para tahanan tidak diperkenankan mendapat kunjungan dari keluarga atau pengacara mereka.

Banyaknya jumlah penahan memungkinkan penyediaan tempat tidur yang tidak layak. Anak-anak yang ditahan bahkan harus menghadapi pengadilan militer Israel.