Heboh! Vaksin AstraZeneca Diisukan Miliki Efek Samping

Vaksin AstraZeneca

Jakarta, Satuju.com - Vaksin AstraZeneca belakangan ini ramai di media sosial terkait efek samping. Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI) pun angkat bicara terkait hal itu.

Berita tersebut terungkap setelah perusahaan farmasi AstraZeneca sendiri mengakui adanya efek samping langka dari vaksin buatannya. Hal ini terungkap di pengadilan yang digelar di Inggris.

AstraZeneca mengakui vaksin tersebut didistribusikan secara global dengan berbagai merek, seperti Covishield dan Vaxzevria.

Dilaporkan detikHealth dari The Telegraph UK, seorang pria di Inggris Bernama Jamie Scott menggugat perusahaan tersebut karena mengalami cedera otak permanen setelah menerima vaksin AstraZeneca pada April 2021 lalu.

Oleh karena itu, efek samping langka dari vaksin ini menjadi sorotan di dunia. Penyakit langka itu disebut juga dengan trombosis dengan sindrom trombositopenia atau trombositopenia atau trombosis dengan sindrom trombositopenia (TTS) yang ditandai dengan pembekuan darah dan jumlah trombosit yang rendah.

Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Laporan dari situs Kementerian Kesehatan, Ketua Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI) Prof Hinky Hindra Irawan Satari menjelaskan efek samping vaksin AstraZeneca di Indonesia.

Hinky mengatakan tidak ada kejadian TTS setelah vaksin Covid-19 AstraZeneca di Indonesia. Hal tersebut berdasarkan surveilans aktif dan pasif yang sampai saat ini masih dilakukan oleh Komnas KIPI.

Keamanan dan manfaat sebuah vaksin sudah melalui berbagai tahapan uji klinis, mulai uji klinis tahap 1, 2, 3 dan 4 termasuk vaksin COVID-19 yang melibatkan jutaan orang, sampai dikeluarkannya izin edar. Dan pemantauan terhadap keamanan vaksin masih terus dilakukan setelah vaksin tersebar. ,” kata Prof Hinky.

Untuk diketahui, TTS merupakan penyakit yang menyebabkan seseorang mengalami pembekuan darah serta trombosit darah yang rendah. Kasus ini sangat jarang terjadi di masyarakat, namun bisa menyebabkan gejala yang serius.

"Namanya trombosis, pembuluh darah membeku. Kalau terjadi di otak muncul gejala pusing, di saluran cerna mual, di kaki pegel. Kalau jumlah trombositnya menurun, ada pendarahan, biru biru di tempat injeksi, ya, itu terjadi, tapi 4-42 hari setelahnya vaksin. Kalau sekarang terjadi ya, kemungkinan besar terjadi karena penyebab lain, bukan karena vaksin,” jelasnya.

Indonesia sendiri merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19. Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Sejak Maret 2021, Komnas KIPI bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan BPOM melakukan surveilans aktif terhadap berbagai macam gejala atau penyakit yang asal usulnya ada keterkaitan dengan vaksin COVID-19 termasuk TTS.

Setelah surveilans aktif selesai, Komnas KIPI bahkan tetap melakukan surveilans pasif hingga hari ini. Dan berdasarkan laporan yang masuk, Komnas KIPI tidak menemukan laporan kasus TTS.

“Selama setahun, bahkan lebih, kami amati dari Maret 2021 sampai Juli 2022. Kami melanjutkan lebih dari setahun karena tidak ada gejalanya, jadi kami lanjutkan beberapa bulan untuk juga supaya memenuhi kebutuhan jumlah sampel yang dibutuhkan untuk menyatakan ada atau tidak ada keterkaitan. Sampai kami perpanjang juga tidak ada TTS pada AstraZeneca,” kata Hinky.