Kontroversi Kunjungan Nahdliyin ke Israel: PBNU Minta Maaf dan Klarifikasi
foto: PBNU Minta Maaf dan Klarifikasi/(nuonline/)
SATUJU.COM - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) baru-baru ini meminta maaf kepada masyarakat Indonesia atas kunjungan lima cendekiawan Nahdliyin ke Israel.
Lawatan ini dilakukan di tengah kecaman internasional atas perang Israel-Hamas yang telah menewaskan ribuan warga Palestina.
Kali ini, Satuju.com akan membahas latar belakang, reaksi, dan dampak dari kunjungan ini.
Pada pertengahan Juli 2024, lima cendekiawan Nahdliyin yang terdiri dari Zainul Maarif, Munawir Aziz, Nurul Barul Ulum, Izza Anafisa Dania, dan Syukron Makmun melakukan kunjungan ke Israel.
Mereka mengaku berangkat atas nama pribadi dan tanpa mandat dari lembaga NU manapun.
Selama kunjungan, mereka bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog dalam rangka pertemuan lintas agama.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf segera memanggil kelima cendekiawan tersebut untuk dimintai klarifikasi.
Dalam konferensi pers, Yahya Staquf meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia dan menegaskan bahwa tindakan kelima cendekiawan itu tidak sesuai dengan sikap resmi NU.
PBNU menegaskan bahwa kunjungan tersebut adalah tanggung jawab pribadi dan tidak ada kaitannya dengan lembaga NU.
Yahya Staquf menjelaskan bahwa kelima cendekiawan tersebut didekati oleh pihak tertentu untuk diajak melawat ke Israel tanpa ada rencana untuk bertemu dengan Presiden Herzog.
Namun, pertemuan itu terjadi dan menuai kontroversi. PBNU menekankan bahwa hubungan internasional, terutama yang berkaitan dengan Israel dan Palestina, harus melalui PBNU sebagai lembaga resmi.
Teuku Rezasyah, pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran, menyebut tindakan lima cendekiawan tersebut sebagai "NU karikatural," yaitu tindakan yang hanya mencari sensasi tanpa memahami dampak terhadap umat Islam di Indonesia.
Ia berharap PBNU memberikan sanksi tegas agar kejadian serupa tidak terulang.
Di sisi lain, Monique Rijkers, aktivis pro-Israel, mengapresiasi kunjungan tersebut.
Menurutnya, penting bagi orang Indonesia untuk memahami situasi dari sudut pandang Israel agar tercipta jembatan dialog yang dapat membantu mewujudkan perdamaian.
Kunjungan lima cendekiawan Nahdliyin ke Israel telah menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat Indonesia.
PBNU telah meminta maaf dan menegaskan bahwa tindakan tersebut adalah tanggung jawab pribadi.
Penting bagi semua pihak untuk memahami sensitivitas isu ini dan bertindak sesuai dengan sikap resmi organisasi.(Aditya)

