Barang Elektronik Gak Laku, Data BI Tunjukkan Penjualan Eceran Kurang Memuaskan

Ilustrasi

Jakarta, Satuju.com - Di Indonesia, penjualan eceran tampak kembali terkontraksi secara bulanan (bulan ke bulan/ibu) dan melandai secara tahunan (tahun ke tahun/yoy). 

Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan penjualan eceran yang tampak kurang memuaskan.

Realisasi per September 2024, Indeks Penjualan Riil (IPR) tercatat 210,6 atau tumbuh sebesar 4,8% yoy lebih rendah dibandingkan Agustus 2024 yang tumbuh 5,8% yoy. Sedangkan pada prakiraan Oktober 2024 tampak melandai menjadi 1% yoy.

Sementara secara bulanan, berada di zona kontraksi yaitu 2,5% mom pada bulan September dari sebelumnya tumbuh 1,7% mom (Agustus 2024). Lebih lanjutnya, pada prakiraan Oktober 2024, IPR tampak kembali di zona kontraksi yakni di angka 0,5% mom.

Jika dilihat lebih rinci, penekan HKI baik secara bulanan maupun tahunan terjadi dari kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi.

Secara bulanan dan tahunan, kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi terkontraksi masing-masing sebesar -12,9% dan -29,4%.

Prakiraan IPR Oktober 2024 semakin memburuk dibandingkan September 2024 khususnya bersamaan dengan kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi yang selalu berada di zona kontraksi secara tahunan.

Kelompok ini tampak tak pernah tumbuh secara tahunan sepanjang tahun 2024. Sementara secara bulanan, pertumbuhan kelompok ini hanya terjadi sebanyak tiga kali, yakni pada bulan Maret, April, dan Agustus 2024.

Bahkan pada bulan Oktober 2024, kelompok HKI ini diperkirakan mengalami perlambatan jauh lebih dalam dibandingkan periode sebelumnya baik secara bulanan maupun tahunan.

Perlu diketahui, kelompok Peralatan Informasi dan Komunikasi (TIK) terdiri adalah alat yang digunakan untuk mengolah, menyimpan, dan mentransfer informasi.Peralatan TIK dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu peralatan teknologi informasi dan peralatan teknologi komunikasi.

Peralatan teknologi informasi digunakan untuk mengolah data menjadi informasi, seperti komputer pribadi dan laptop.

Sementara peralatan teknologi komunikasi digunakan untuk mengirim dan menerima informasi, seperti telepon, radio, televisi, fax, satelit, telepon selular, dan modem.

Ketika kelompok HKI ini terus melambat, hal tersebut mengartikan bahwa barang-barang elektronik cenderung tidak diminati oleh masyarakat untuk satu hingga dua bulan terakhir. Masyarakat tampak cenderung memusatkan perhatian pada kebutuhan primer, seperti makanan dan minuman. Apalagi barang elektronik merupakan barang yang tidak mudah rusak atau tidak perlu diganti dalam jangka waktu yang cepat.

Selama barang-barang elektronik yang dimiliki masyarakat saat ini masih dalam kondisi baik, maka tampaknya masyarakat akan cenderung menahan pembelian barang elektronik baru kecuali besarnya promo yang diberikan atau terdapat kelebihan uang masyarakat.

Indeks Penjualan Riil sepanjang kuartal III-2024 tampak relatif cukup baik dibandingkan kuartal II-2024. HKI kuartal III-2024 diindikasikan tumbuh 5% yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal II-2024 yang tumbuh tipis 0,7% yoy.

Peningkatan kinerja penjualan eceran terjadi pada subkelompok sandang (2,2% yoy), serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau (7,1% yoy).

Namun jika dilihat lebih rinci, terjadi kontraksi yang jelas pada kelompok peralatan informasi dan komunikasi (-11,6% yoy), perlengkapan rumah tangga lainnya (-6,6% yoy), dan barang budaya dan kreasi (-3,2% yoy ).

Secara keseluruhan, hal ini membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sekitar 53% didorong oleh konsumsi rumah tangga (RT) tampak melandai dari kuartal II-2024 yang tumbuh 5,05% yoy menjadi 4,95% yoy pada kuartal III-2024.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro mengatakan bahwa pertumbuhan konsumsi Indonesia pada kuartal I, kuartal II, dan kuartal III-2024 cenderung flat.

“Di kuartal I, II< dan III ini pertumbuhan konsumsi cenderung flat. Konsumsi tumbuh di bawah 5%,” ujar Andry dalam acara Power Lunch CNBC Indonesia (12/11/2024).

Ia juga menegaskan agar Indonesia dapat tumbuh lebih tinggi, maka investasi perlu tumbuh lebih tinggi di atas 5%.

“Kepastian usaha perlu ditingkatkan agar investasi dapat semakin besar masuk ke Indonesia,” papar Andry.