Wing Air Batal Terbang! Aktivis Koperasi Gagal ke Simeulue, YARA Desak Evaluasi Maskapai Penerbangan
Ketua Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA), Safaruddin SH MH saat du Bandara. (poto/ist(
BANDA ACEH, Satuju.com – Kekecewaan mendalam dirasakan sejumlah aktivis koperasi dari Banda Aceh yang batal melanjutkan perjalanan ke Pulau Simeulue akibat pembatalan mendadak penerbangan Wings Air dari Bandara Kualanamu, Medan. Peristiwa ini bermula setelah penerbangan Super Air Jet Flight IU 997 dari Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Aceh menuju Kualanamu pada Senin (24/11) mengalami keterlambatan hampir tiga jam.
Ketua Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA), Safaruddin SH MH, yang ikut dalam penerbangan tersebut, mengungkapkan bahwa para penumpang terpaksa menunggu dengan penuh kesabaran di ruang keberangkatan.
“Pesawat yang kami tumpangi delay atau retime hampir tiga jam. Kami sebagai rakyat Aceh menunggu dengan penuh kesabaran di Bandara SIM,” ujar Safaruddin.
Menurutnya, rombongan tersebut terdiri dari sejumlah aktivis koperasi yang akan mengisi materi pada kegiatan Koperasi Desa Merah Putih, program yang diperkenalkan Presiden Prabowo Subianto dan dijadwalkan berlangsung pada 26–28 November di Simeulue.
Namun rencana itu mendadak berantakan setelah Wings Air membatalkan dan mengundur penerbangan dari Kualanamu ke Simeulue pada Selasa (25/11) menjadi Kamis (27/11) tanpa pemberitahuan dan tanpa kompensasi.
“Ini sangat mengecewakan. Kami batal ke Simeulue untuk menyukseskan program Presiden Prabowo karena maskapai membatalkan jadwal sepihak,” lanjut Safar.
Ia meminta pemerintah melalui Kementerian Perhubungan melakukan evaluasi terhadap perusahaan penerbangan yang dinilai memberikan pelayanan buruk kepada publik.
“Tak masuk akal penerbangan dibatalkan hingga dua hari tanpa kompensasi. Layanan seperti ini memalukan,” tegasnya.
Safar juga berharap Gubernur Aceh melakukan lobi intensif agar volume dan rute penerbangan dari dan menuju Aceh dapat ditambah, mengingat posisi Aceh sangat strategis secara geopolitik dan jalur transportasi internasional.
“Aceh tak boleh terkurung dalam akses udara. Letak Aceh itu di jalur penting Selat Melaka. Semua kita harus lihat atlas dunia,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu aktivis koperasi yang juga pegawai Diskop UKM Aceh, Aswar R Paya MAP, membenarkan rombongan mereka gagal berangkat meski sudah memiliki tiket dan tiba di Medan.
“Kami terkatung-katung di Medan dan tidak memiliki alternatif transportasi lain. Agenda di Simeulue sudah terjadwal dan terpaksa dibatalkan,” ungkapnya.
Peristiwa ini kembali menyoroti buruknya pelayanan transportasi udara di Aceh serta perlunya peningkatan kualitas layanan maskapai yang beroperasi di wilayah tersebut.(M.R)

