Membaca Ulang Narasi "Setan Kuning" dalam Politik Indonesia Kontemporer

Ilustrasi. (poto/net).

Penulis: Hade Trisada 

Satuju.com - Dalam sebuah pesan yang beredar di kalangan aktivis politik, Sabar Mangadoe, dari Rumah Juang #AJMG | Network, kembali menegaskan keyakinannya bahwa Megawati Soekarnoputri adalah “musuh besar bersama” bagi apa yang ia sebut sebagai Setan Kuning—istilah yang digunakannya untuk merujuk pada kekuatan jaringan yang menurutnya merupakan metamorfosis dari kekuatan lama pasca-Orde Baru. Presiden Soeharto memang tumbang tahun 1998, tapi mereka tidak!!

Pesan itu diawali dengan kutipan Megawati bertanggal 8 September 2013:
“Bangsa kita butuh kesabaran revolusioner.”
Menurut Sabar, pernyataan itu mencerminkan sikap Megawati yang, sejak memimpin PDI hingga kini PDIP, selalu “konsisten 100% menempuh jalan patuh hukum, meski hukum seringkali menzalimnya.”

LONDO IRENG ATAU SETAN KUNING 

Sabar menilai dua momentum besar, yakni 1966 dan 1998, justru membuat bangsa “terjajah dan dijarah oleh bangsa sendiri.” Ia mengutip Bung Karno yang pernah menyebut adanya Komplotan Londo Ireng—sebuah ungkapan yang kemudian diterjemahkannya dalam konteks masa kini sebagai Setan Kuning. Istilah itu ia gunakan untuk menyebut gabungan antara Neo-Orba Network dan Golkar Connection, yang menurutnya “berkonspirasi jahat bersama negara-negara Nekolim, terutama Amerika dan Inggris.”

Dalam pesannya, Sabar merinci dampak 27 tahun reformasi 1998 atau era demokratisasi yang ia sebut sebagai “era demokratisasi yang justru menghasilkan 68% rakyat miskin dan 62% orang dewasa yang hanya lulusan SMP.” Ia menggambarkan situasi itu sebagai pemiskinan rakyat yang berlangsung “TSM dan brutal,” bersamaan dengan “perlombaan brutal merampok dan merompak sumber daya alam” serta lonjakan “hutang negara yang melesat.”

Ia juga menyebut praktik itu sebagai “perbudakan rakyat Indonesia yang luar biasa,” dengan retorika bahwa bahkan “para iblis laknatullah pun teramat iri dan cemburu” terhadap apa yang ia gambarkan sebagai kelompok manusia “rajin pencitraan bebal nan busuk.”

Sebagai contoh, Sabar menyinggung aksi mantan Menteri Kehutanan Zulhas yang ia kaitkan dengan konsesi jutaan hektar dan aksi simbolik manggul beras di tengah bencana.

Sabar menyimpulkan bahwa Megawati adalah “musuh besar Setan Kuning dan negara-negara Nekolim,” dan mengklaim bahwa dimata Rakyat jelata semakin hari “semakin jelas dan kentara” siapa yang dimaksud dengan Setan Kuning tersebut. Pesannya ditutup dengan seruan:
“Basmi Super KKN Dinasti Politik Jokowi dan kroni-kroninya.”
Ia mengutip frasa Satyam Eva Jayate — “Kebenaran Pasti Menang.”

United States Of Indonesia, USI 

Dalam lanjutan pesannya, Sabar menyampaikan keyakinannya bahwa tanpa Megawati—dan sebelumnya tanpa Gus Dur—“negara ini sudah dilanda perang saudara di Pulau Jawa.” Ia mengaku tidak ingin terlibat “perang konyol” itu, dan menyatakan bahwa ia serta kelompoknya memilih untuk “mendirikan Negara Batak 6-Suku,” yang menurutnya akan “seketika sejahtera, maju, dan berperadaban tinggi.”

Sabar juga memperkirakan bahwa kelompok-kelompok suku lain di luar Jawa akan mengikuti langkah serupa, dan pada akhirnya membentuk sebuah wadah persatuan bernama United States of Indonesia (USI), berbeda dari USA. 

Salah satu tugas mendesak entitas baru itu, menurutnya, adalah menangani “gelombang pengungsi akibat perang saudara di Pulau Jawa,” yang ia gambarkan belum jelas entah kapan akan berhenti. Ini sebuah tragedi kemanusiaan yang dahsyat!