Nilai Tukar Rupiah Terpantau Melemah Terhadap Dolar AS

Ilustrasi

Jakarta, Satuju.com - Nilai tukar rupiah turun terhadap dola AS pada Jumat pagi, 15 September 2023. Melansir viva.co.id, Rupiah terpantau melemah sebesar 11 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp 15.380 per dolar AS, dibandingkan pada penutupan sebelumnya bernilai Rp 15.369 per dolar AS.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) terakhir atau kemarin sore, mematok rupiah di angka Rp 15.357 per dolar AS. Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengira, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan melemah pada hari ini. Hal itu seiring dengan indeks dolar AS yang bergerak menguat.

"Indeks dolar AS bergerak menguat ke atas level 105 pasca rilis data semalam menunjukkan bahwa perekonomian AS masih solid. Data penjualan ritel bulan Agustus menunjukkan pertumbuhan bulanan 0,6 persen vs sebelumnya 0,2 persen," ujar Ariston kepada VIVA, Jumat, 15 September 2023.

Ariston menuturkan, data klaim tunjangan pengangguran mingguan juga menunjukkan jumlah klaim yang di bawah ekspektasi 220 ribu vs 225 ribu. Selain itu jelas dia, data inflasi produsen bulan Agustus mengonfirmasi bahwa inflasi di AS masih naik atau belum turun sesuai harapan. Sehingga data ekonomi AS yang solid tersebut, mendukung kebijakan suku bunga tinggi Bank Sentral AS

"Rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS karena hal tersebut di atas, mengikuti pelemahan nilai tukar regional lainnya terhadap dolar AS," terangnya.

Di sisi lain, terang Ariston, aksi stimulus moneter Bank Sentral China dapat memangkas giro wajib minimum sebesar 25 basis poin. Sehingga hal itu memberikan sentimen positif terhadap aset berisiko. “Ini mungkin bisa menahan pelemahan rupiah dan mungkin bisa kembali menguat bila data-data ekonomi China yang dirilis pagi ini lebih bagus dari ekspektasi pasar,” jelasnya.

Sementara dari dalam negeri, Ariston menilai pasar perlu memperhatikan data neraca perdagangan bulan Agustus yang akan segera dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). “Pasar berekspektasi terjadi penurunan pertumbuhan ekspor dan impor melebihi bulan sebelumnya. Ini mungkin bisa membebani pergerakan rupiah,” ujarnya.