Kata BMKG Soal Kedatangan Musim Kemarau di Indonesia

Ilustrasi

Jakarta, Satuju.com - Sejak bulan lalu sejak bulan lalu dan diprediksi akan melanda sebagian besar wilayah pada bulan Mei dan diprediksi akan melanda sebagian besar wilayah pada bulan Mei. 

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya memperkirakan Indonesia bagian selatan akan mulai mengalami masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau atau pancaroba pada bulan Maret hingga April.

“Mengindikasikan bahwa wilayah tersebut akan mulai memasuki musim peralihan di bulan Maret hingga April,” ungkap Kepala BMKG Dwikora Karnawati dalam siaran pers, beberapa waktu lalu.

BMKG juga menyebut puncak musim hujan sudah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, terutama bagian selatan Indonesia yang lebih dekat ke Benua Australia yang jadi sumber Angin Monsun Australia pembawa udara kering.

Berdasarkan analisis dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG diperoleh bahwa saat ini puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagian Selatan Indonesia, kata Dwikorita.

Pada bulan Maret, BMKG memprakirakan wilayah yang mengalami puncak musim hujan turun drastis dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pada bulan ini hanya terdapat 36 ZOM (5,15 persen) yang mengalami puncak musim hujan.

Yakni, 8 ZOM di Sumatera, 5 ZOM di Jawa, 4 ZOM di Kalimantan, 13 ZOM di Bali dan Nusa Tenggara, 4 ZOM di Sulawesi, serta 2 ZOM di Maluku dan Papua.

Terpisah, Fachri Radjab, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, mengatakan saat ini beberapa wilayah Indonesia sudah memasuki masa kemarau.

“Dapat kami sampaikan, saat ini memang kami dalam periode puncak musim hujan 2024, di bulan Januari dan Februari,” kata dia dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah 2024 yang disiarkan di YouTube Kemendagri RI, Senin (5/2).

Namun demikian ada beberapa wilayah yang sudah mulai memasuki periode kemarau seperti bulan Februari itu di Aceh, Riau, Sumatera Utara bagian Timur. Karena di daerah itu memang terjadi dua kali musim hujan dan saat ini sudah masuk musim kemarau yang kedua, lanjutnya.

Fachri menyebut transisi ke musim kemarau di Indonesia secara umum terjadi pada bulan Mei. Ia mencatat beberapa wilayah perlu mendapat perhatian karena curah hujan yang rendah.

“Kita mulai memasuki masa transisi ke periode musim kemarau itu pada bulan Mei. Ini daerah-daerah yang perlu menjadi kewaspadaan kita, seperti Jawa Tengah bagian Timur, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, curah hujan sudah dalam kategori rendah di bulan Mei. kaitannya dengan penanaman tanaman pangan,” tutur Fachri.

Menurut Fachri, puncak musim kemarau di Tanah Air akan terjadi pada Juli hingga Agustus.

Mengutip laporan Climate Outlook 2024 yang dirilis BMKG, curah hujan tahun ini cenderung lebih basah dibandingkan dengan tahun 2023, dengan dikirimkan pada bulan Maret dan Juli.

Maret 2024 disebut memiliki curah hujan yang sama dengan Maret 2023, sedangkan Juli 2024 disebut lebih kering dibandingkan Juli 2023.

BMKG dalam laporan tersebut mengungkap awal tahun hingga kuartal pertama, curah hujan pada musim hujan diprediksi normal kecuali Indonesia bagian selatan diprediksi bawah normal.

“Lalu awal musim hujan pada kuartal ke tiga hingga akhir tahun diperkirakan berada pada kecenderungan lebih rendah dari normalnya,” jelas BMKG.

Sekadar informasi, El Nino Moderat yang menjadi salah satu dalang kekeringan di Tanah Air, diprediksi secara bertahap akan beralih menuju fase ENSO-Netral pada Maret, April, Mei hingga akhir 2024.

Model iklim dunia pun menyebut fase ENSO Netral akan dilanjutkan dengan fase La Nina, kebalikan dari El Nino, di paruh kedua 2024. Artinya, Indonesia berpotensi akan lebih basah.