Indonesia Masih Dibelenggu Kerusakan Lingkungan

Vivaldi Emri Nobel

PEKANBARU, Satuju.com - Sudah 79 Indonesia Merdeka, namun kerusakan lingkungan masih terjadi hingga kini dan masih membelenggu Indonesia hal ini disampaikan Koordinator Nasional Mapala Tingkat Perguruan Tinggi Se-Indonesia, Vivaldi Emri Nobel kepada awak media, Jumat 7 Juni 2024.

Menurutnya ada beberapa masalah linkungan terbesar di tahun 2024 ini, mulai dari pemanasan global penggunaan bahan bakar fosil dan meningkatnya emisi gas rumah kaca telah menyebabkan peningkatan suhu global yang cepat dan terus-menerus dan naik di atas 20C untuk pertama kalinya.

"Di Indonesia dengan banyaknya eksploitasi terhadap sumber daya alam telah memperparah kerusakan lingkungan  yang terjadi di Indonesia dan menurut hasil riset Forest Global Watch-World Resources Institute (FGW-WRI) Indonesia telah kehilangan hutan primer sebesar 292.000 hektar pada tahun 2023 dan menambah Indonesia terus kehilangan hutan tropisnya dan juga Menurut laporan GFW-WRI, Indonesia setidaknya memiliki 93,8 juta hektar hutan primer pada 2021. 

Namun, sepanjang periode 2002-2023, Indonesia kehilangan sekitar 10,5 juta hektar hutan primer basah atau 35 persen dari total kehilangan tutupan pohon. Dimana Provinsi - provinsi dengan kerusakan hutan terparah pada periode itu ialah Riau (kehilangan 4,2 juta hektar hutan primer), Kalimantan Barat (4,04 juta hektar), Kalimantan Timur (3,79 juta hektar), Kalimantan Tengah (3,74 juta hektar), dan Sumatera Selatan (3,17 juta hektar).

Dengan masih tingginya kerusakan lingkungan yang terus terjadi di Indonesia secara-terus menerus, maka akan dikhawatirkan hilangnya satwa-satwa langka dan bencana yang sering terjadi akhir-akhir ini diberbagai daerah Indonesia dan terbaru adalah daerah Sumatera Barat yang mengalami banjir bandang parah akibat dari eksploitasi hutan yang marak terjadi di Sumatera Barat dan telah berakibat hilangnya nyawa dan aset mencapai miliaran Rupiah," ujar Vivaldi Emri , Jumat (7/6/2024).

"Sebutnya lagi, maka dari itu di hari lingkungan sedunia diharapkan komitmen dan menyusun rancangan strategis yang nyata dan bukan formalitas saja demi terwujudnya lingkungan yang memiliki tata Kelola yang baik dan dapat mengembalikan fungsi hutan dan mengkaji Kembali proyek- proyek eksplorasi hutan yang saat ini juga abai dalam proses reklamasi seperti pada tambang-tambang batu bara yang saat ini tidak jelas penata kelolaannya dan banyak terjadi pada daerah Kalimantan dan Sumatera yang telah menambah kompleksitas kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia.