Demi Gaya Hidup, OJK Ungkap Gen Z Gemar Utang Tapi Tak Suka Bayar

Ilustrasi

Jakarta, Satuju.com - Tidak sedikit generasi muda yang mulai terjebak dengan pinjaman online (pinjol). Hal tersebut dijelaskan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Para kaum dewasa muda ini memilih untuk memenuhi gaya hidup dengan meminjam uang secara digital. Namun di sisi lain, generasi Z dan milenial juga menjadi penyumbang kredit terbesar perusahaan teknologi finansial. Pada rentang usia 19-34 tahun menyumbangkan kredit macet sebanyak Rp763 miliar atau sekitar 47 persen.

“Anak-anak generasi Z dan sebagainya, mereka menikmati untuk meminjam tetapi mereka tidak suka membayar,” kata Deputi Komisioner Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan Pelindungan Konsumen OJK Sarjito dalam acara Festival Literasi Finansial 2023 yang diadakan Bisnis Indonesia di Universitas Nusa Cendana , Kupang NTT beberapa waktu lalu.

Selain kredit macet yang tinggi, Sarjito menyebut tak sedikit masyarakat Indonesia yang terjerat investasi ilegal hingga pinjol ilegal. Bahkan kerugian masyarakat bisa mencapai Rp139,03 triliun karena hal tersebut. 

Sarjito menyampaikan bahwa OJK pun telah berupaya untuk menutup situs investasi dan pinjol ilegal. Bahkan menyertakan bekejersama dengan pihak Google hingga Meta untuk menyaring informasi. 

Tidak hanya itu mengakhiri juga bekerja sama dengan Kominfo untuk pemblokiran situs dan pihak kepolisian. Meskipun sudah berkurang, dia tak memungkiri bahwa kecepatan pinjol muncul lagi pun sangat cepat. Dengan demikian, dia mengatakan bahwa kesadaran masyarakat juga penting dalam hal ini.

“Dari semua itu, satu hal yang paling penting kita juga harus bisa menahan diri,” katanya. 

Kepala Eksekutif Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi sebelumnya pernah menyinggung beberapa faktor juga yang membuat aplikasi pinjol dan invetasi ilegal terus menjamur.  

Menurutnya, hal tersebut karena kemudahannya membuat aplikasi atau servernya berada di luar negeri. Selain itu, banyaknya masyarakat yang bergantung pada pinjol juga mempengaruhi.

Hal tersebut karena gaya hidup seperti beberapa orang yang memiliki kecendurungan ingin cepat kaya mendadak dengan berjudi online. Adapula fenonema Fear of Missing Out (FOMO) pada anak muda, di mana tak ingin ketinggalan momen atau informasi.

Budaya FOMO tersebut mempengaruhi tingkat konsumsi anak muda yang tidak mau ketinggalan tren. Selain itu, Kiki menyebutkan bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia juga masih rendah.  

“Literasi keuangan saat ini sekitar 49,6 persen, kalau literasi digital sekitar 3,5 dari skala 1 sampai 5. Masyarakat belum pinter-pinter banget, portalnya sudah kebuka, tapi dia belum bisa membedakan mana informasi yang benar dan tidak benar,” kata Kiki dalam Dialog Forum Merdeka Barat di kanal YouTube Kemkominfo TV, Senin (21/8/2023).