Makna "Alhamdulillah": Bersyukur dengan Lidah

Ilustrasi

Satuju.com - Arti Alhamdulillah ( اَلْحَمْدُلِلَّهِ ) adalah ungkapan untuk menyatakan rasa syukur. Al-Quran telah mengajarkan agar pujian kepada Allah disampaikan dengan redaksi “al-hamdulillah.”

“Syukur dengan lidah mengakui dengan ucapan bahwa sumber kenikmatan adalah Allah sambil memuji-Nya,” tulis Prof Dr Quraish Shihab dalam bukunya berjudul “Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat” (Mizan, 2007).

Quraish menjelaskan hamd (pujian) disampaikan secara lisan kepada yang dipuji, meskipun ia tidak memberi apa pun baik kepada si pemuji maupun kepada yang lain. 

Kata “al” pada “al-hamdulillah” oleh pakar-pakar bahasa disebut al lil-istighraq, yaitu mengandung arti “keseluruhan”. 

Sehingga kata “al-hamdu” yang ditujukan kepada Allah mengandung arti bahwa yang paling berhak menerima segala pujian adalah Allah SWT, bahkan seluruh pujian harus disampaikan dan bermuara kepada-Nya. 

“Jika kita mengembalikan segala puji kepada Allah, maka itu berarti pada saat Anda memuji seseorang karena kebaikan atau kecantikannya, maka pujian tersebut pada akhirnya harus dikembalikan kepada Allah SWT, karena kecantikan dan kebaikan itu bersumber dari Allah,” jelas Quraish Shihab.

Di sisi lain, kalau pada lahirnya ada perbuatan atau ketetapan Tuhan yang mungkin oleh kacamata manusia dinilai “kurang baik”, maka harus disadari bahwa penilaian tersebut adalah akibat keterbatasan manusia dalam menetapkan tolok ukur penilaiannya. 

Dengan demikian pasti ada sesuatu yang luput dari jangkauannya sehingga penilaiannya menjadi demikian. Walhasil, syukur dengan lidah adalah "al-hamdulillah" (segala puji bagi Allah).